Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menaruh Harapan pada Integrasi

Kompas.com - 10/08/2015, 15:04 WIB
Jika tidak ada aral, Senin (17/8) pekan depan, integrasi 88 bus transjabodetabek dengan transjakarta bakal diresmikan pemerintah. Selanjutnya, giliran sebagian kopaja ditargetkan bergabung dalam pengelolaan PT Transportasi Jakarta, beroperasi layaknya transjakarta. Janjinya, operasi saling terintegrasi demi masyarakat pengguna angkutan umum.

Integrasi yang diidamkan seolah sudah di depan mata. Kabar baik bagi komuter yang bermukim di Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi yang terbiasa dengan kemacetan dan layanan transportasi publik minim.

Beraneka studi, penelitian, dan diskusi telah menghasilkan kesimpulan. Isi rekomendasinya nyaris sama, yakni mengamanatkan pemerintah untuk mengintegrasikan moda-moda angkutan umum, membentuk otoritas transportasi yang kuat, dan membangun infrastruktur pendukung.

Soal integrasi transjabodetabek dan transjakarta ini bahkan telah disinggung dalam hasil kajian Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dan Kementerian Perhubungan melalui proyek Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS) 2012. Semua berawal dari macet yang makin menjadi karena laju pertumbuhan kendaraan tak sebanding dengan penambahan panjang jalan.

Berdasarkan kajian itu, ada 53 juta perjalanan per hari di seluruh wilayah Jabodetabek, sekitar 53 persen di antaranya dengan sepeda motor. Transportasi umum hanya menyumbang sekitar 14,4 juta perjalanan atau 27 persen dari total perjalanan. Adapun rata-rata perjalanan dari Bodetabek ke Jakarta mencapai 6,9 juta perjalanan per hari, 98 persen di antaranya dengan kendaraan pribadi.

Jumlah kendaraan pribadi, sepeda motor dan mobil, melonjak tiga kali lipat dari 3,3 juta tahun 2000 menjadi 9,6 juta pada 2008. Total kebutuhan lalu lintas pun meningkat dalam jumlah besar karena pertumbuhan penduduk serta peningkatan kepemilikan kendaraan dan kesejahteraan ekonomi. Sayangnya, pembangunan infrastruktur transportasi, seperti jaringan rel dan jalan perkotaan, berjalan lambat.

Kemacetan kian kritis. Integrasi menjadi salah satu solusi. Mudah dalam tataran wacana. Namun, ide tak segera terwujud di lapangan. Alasannya macam-macam, tetapi tak jauh dari tarik ulur kepentingan. Akibatnya, warga pinggiran pengguna angkutan umum jadi korban. Mereka harus berganti-ganti moda angkutan untuk mencapai lokasi kerja di Jakarta atau kembali ke tempat tinggal. Selain bersusah lelah, mereka juga harus membayar lebih mahal karena sistem tak padu.

Situasi itu membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama gusar. Oleh karena itu, dia berulang kali mendorong siapa saja (operator), apa pun bentuk kendaraannya, bergabung dalam satu pengelolaan demi mengefektifkan operasi serta memudahkan pengguna. Basuki bahkan meminta kopaja, metromini, bahkan angkutan kota agar terintegrasi dengan transjakarta meski berisiko menambah pengeluaran pemerintah daerah untuk subsidi bagi pengguna angkutan umum.

Direktur Utama Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) Pande Putu Yasa mendambakan hal serupa. Dia berharap bisa menjembatani penumpang dari Bodetabek ke Jakarta atau sebaliknya melalui kerja sama dengan PT Transjakarta.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Ellen Tangkudung berpendapat, selain perbaikan layanan, penambahan kapasitas angkutan umum dari dan ke Bodetabek juga sudah sangat mendesak. Dia berharap pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur pendukung, seperti jalur pedestrian, lahan parkir, dan trayek angkutan pengumpan yang terpadu dengan transjabodetabek. (MUKHAMAD KURNIAWAN)

----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 10 Agustus 2015, dengan judul "Menaruh Harapan pada Integrasi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Megapolitan
Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Megapolitan
PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

Megapolitan
Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com