Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbeda dengan Lulung, Anggota DPRD DKI Percaya Temuan BPK soal UPS

Kompas.com - 20/08/2015, 08:56 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Para anggota DPRD DKI Jakarta percaya, data mengenai temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait pengadaan alat uninterruptible power supply (UPS) merupakan data yang benar. Mereka menilai, temuan BPK bisa menjadi petunjuk bagi aparat penegak hukum untuk menindaklanjutinya.

"Kalau BPK sudah bilang ada indikasi kerugian negara, mau apa pun bentuknya, itu wajib ditindaklanjuti. BPK kan mengaudit keuangan daerah. Kalau ada indikasi kerugian, siapa pun yang terlibat harus diselidiki," kata Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi di sela-sela kunjungan kerjanya ke RS Sumber Waras, Rabu (19/8/2015).

Rekan Sanusi, Prabowo Soenirman, menyampaikan hal serupa. Ia menilai, semua temuan BPK merupakan temuan yang valid karena ia menilai BPK merupakan lembaga negara yang memiliki kapabilitas untuk melakukan audit.

Kendati demikian, Prabowo menilai, temuan BPK mengenai pengadaan UPS tidak akan dijadikan agenda kerja panitia khusus. Sebab, pengadaan UPS sudah masuk dalam ranah penyelidikan pihak kepolisian.

"Kita tidak perlu lagi untuk menyelidiknya karena sudah masuk ke ranah hukum," ujar politisi Partai Gerindra ini.

BPK menyatakan, pengadaan alat UPS tahun 2014 tidak sesuai kebutuhan dan tidak melalui pembahasan antara DPRD DKI dan pihak eksekutif. BPK menyatakan, pengadaan alat tersebut merupakan hasil rapat internal Komisi E DPRD.

Berdasarkan draf laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK terhadap laporan keuangan Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, BPK menyatakan, pengadaan yang diperuntukkan bagi 25 sekolah yang ada di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat itu tidak tercantum dalam rencana kerja dan anggaran (RKA) eksekutif, baik di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI maupun di tiap-tiap suku dinas.

Koordinator Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Febri Hendri menganggap, temuan tersebut bahkan bisa jadi petunjuk bagi Bareskrim Polri untuk menetapkan tersangka baru. Sebab, dinyatakan secara jelas dalam temuan tersebut, pengadaan UPS merupakan hasil rapat internal Komisi E DPRD dan hanya ditandatangani pimpinan Komisi E.

Berbeda dengan rekan-rekannya, Wakil Ketua DPRD Abraham Lunggana tidak percaya dengan temuan BPK itu. Ia justru membantah bahwa pengadaan UPS merupakan pembahasan dari internal DPRD DKI saja. Menurut dia, hal tersebut tidak mungkin terjadi mengingat tiap pembahasan harus berdasarkan usulan dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terlebih dahulu.

"Itu baca di mana ya? Enggak ada itu, pasti bohong. Enggak bisa dong kita main bahas-bahas sendiri saja. Logikanya, kalau kita bahas sendiri, uangnya dari mana?" ujar dia saat dihubungi, Selasa (18/8/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com