Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Yakinkan Warga Kampung Pulo Akan Dapat Kehidupan yang Lebih Baik

Kompas.com - 20/08/2015, 19:22 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta semata-mata untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur. Menurut dia, wilayah Kampung Pulo tidak lagi layak untuk menjadi permukiman warga karena rawan banjir dan kebakaran.

"Memang, suatu pemerintah kota di mana pun, kalau mau bersih, mau teratur, itu harus tegas. (Kampung) Pulo itu boleh dibilang setiap bulan mungkin kebakaran, banjir. Jadi, Pemprov, Gubernur DKI Jakarta, itu bermaksud untuk memberikan kehidupan dan perumahan yang layak," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Kendati demikian, Kalla menilai wajar jika ada warga yang menolak penggusuran dari Kampung Pulo. Ia bisa memahami keraguan warga di wilayah tersebut. Kalla pun meminta warga Kampung Pulo untuk tidak khawatir. Dengan bersedia dipindahkan, warga bisa membuktikan sendiri adanya kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan tinggal di Kampung Pulo.

"Memang rakyat yang terbiasa hidup berdempet-dempet kadang ragu. Tetapi, itu harus dibuktikan bahwa memang penggantinya jauh lebih baik dibandingkan daripada sekarang," kata Kalla.

Ia pun menilai aksi protes warga ini hanya sementara. Kalla yakin warga Kampung Pulo nantinya bisa bersyukur jika sudah menempati tempat tinggal yang lebih layak di rumah susun yang disediakan pemerintah.

"Biasalah, di mana sih di Indonesia ini perumahan yang dipindahkan tidak ribut-ribut? Itu biasanya sebentar, setelah itu tinggal di rusun juga nyaman. Tinggal di rusun di dekat Tanjung Priok sana, Marunda, ternyata setelah pindah kan senang. Itu adalah kontestasi saja yang nantinya orang juga senang, lebih teratur, ada lapangan bola," kata Kalla.

Tanjung Priok berikutnya

Wapres juga menyampaikan bahwa penertiban perkampungan kumuh tidak hanya dilakukan di Kampung Pulo. Pemerintah nantinya akan menertibkan perkampungan kumuh di Tanjung Priok dengan memindahkan warganya ke rusun-rusun yang disediakan.

Sikap bertahan warga Kampung Pulo di tempat tinggal mereka bukanlah tanpa alasan. Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka Sandyawan Sumardi menilai, Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama yang membuat warga Kampung Pulo bingung dengan keputusannya yang berubah-ubah sejak proses diskusi dengan warga tiga bulan terakhir.

Basuki batal memberikan ganti rugi kepada warga dengan alasan lahan yang ditempati warga berstatus milik negara. Meski demikian, di balik penolakan warga Kampung Pulo untuk digusur, masih ada keinginan dari sebagian besar warga untuk membicarakan dan mencari jalan keluar dengan pihak Pemerintah Provinsi DKI.

Dialog yang diinginkan oleh warga Kampung Pulo adalah dialog yang berimbang, dalam arti suara mereka sebagai warga yang sudah bertahun-tahun tinggal di sana bisa didengarkan dan dijadikan masukan oleh Pemprov DKI.

Berdasarkan data Pemerintah Kota Jakarta Timur, ada kurang lebih 920 kepala keluarga yang bakal terdampak penggusuran Kampung Pulo. Para warga sudah diinformasikan untuk menempati Rusun Jatinegara Barat.

Surat peringatan (SP) III juga telah diberikan kepada warga. Saat ini, ada 213 KK yang sudah mengambil kunci untuk menempati Rusun Jatinegara Barat. Sebanyak 78 di antaranya telah menempati rusun, sedangkan sisanya, 135 KK, dalam proses pindah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com