Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT Godang Tua Jaya Punya 4 Sektor Pendapatan di Luar "Tipping Fee"

Kompas.com - 29/10/2015, 18:34 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Godang Tua Jaya memiliki empat sumber pendapatan di luar tipping fee dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Keempatnya yakni daur ulang sampah, produksi sampah menjadi pupuk kompos, pengolahan sampah menjadi tenaga listrik, dan carbon trading (mereduksi karbon yang nantinya akan dibayarkan oleh negara-negara maju).

Namun, mereka mengaku empat sektor pendapatan di luar tapping fee tersebut masih jauh dari yang diharapkan.

"Makanya kami minta penambahan tipping fee," kata Direktur Utama PT Navigat Organic Energy Indonesia Agus Nugroho Santoso saat rapat dengan Komisi D DPRD DKI, di Gedung DPRD, Kamis (29/10/2015).

Listrik PT Navigat Organic Energy Indonesia merupakan perusahaan yang bekerja sama dengan PT Godang Tua Jaya dalam pengelolaan sampah di TPST Bantargebang (joint operation).

Keduanya merupakan perusahaan yang bertugas mengolah sampah menjadi energi listrik.

Menurut Agus, listrik yang mereka produksi bersumber dari gas metan dan gasifikasi. Namun listrik yang sudah dapat diolah sebagai pendapatan hanya yang bersumber dari gas metan. 

Ia menyebut saat ini kapasitas instalasi listrik dari gas metan yang sudah terbangun mencapai 14 megawatt. Namun dari kapasitas tersebut, yang dapat diproduksi hanya 2 megawatt.

Agus mengatakan kecilnya produksi listrik disebabkan terlalu besarnya volume sampah yang masuk.

"Kita tidak bisa mengeskstrak banyak sampah karena volumenya terlalu banyak. Sehingga kita tidak punya cukup waktu," ujar dia.

Agus menuturkan akibat kecilnya produksi listrik, pendapatan dari penjualan listrik yang mereka terima baru mencapai Rp 18 miliar hingga Rp 20 miliar per tahun.

"Tarif listriknya Rp 820 per KwH. Kalau ditung-hitung sebulannya cuma Rp 1,5 miliar. Setahun cuma sekitar Rp 18 miliar hingga Rp 20 miliar," tutur Agus.

Carbon trading

Di sektor carbon trading, Agus menyebut pendapatan yang mereka terima untuk setiap ton sampah yang mereka reduksi harusnya mencapai 16-20 dollar AS per ton.

Namun, Agus menyebut sejak krisis ekonomi mendera Eropa pada 2012, tidak ada lagi negara yang sanggup membayar biaya tersebut.

"Jadi, kami tidak lagi menerima pendapatan di sektor ini," ujar dia.

Daur ulang dan kompos

Godang Tua Jaya juga mengaku tidak mendapatkan pemasukan yang besar dari dua investasi lainnya, yakni daur ulang sampah dan produksi sampah menjadi pupuk kompos.

Namun mereka tidak menjelaskan besaran pendapatan yang diterima setiap tahunnnya untuk dua sektor ini. "Pokoknya kecil, kecil sekali," ujar Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com