Salah satunya adalah Samsul. Dia terlihat sibuk dengan handphone di tangannya, menunggu calon penumpang.
Kepada Kompas.com, Selasa (3/10/2015), Samsul mengaku bahwa dia juga menerima SMS ajakan mogok. Namun, dia hanya mengiyakan, tidak melakukannya.
"Saya iya-iya aja. Tapi, kalau ikut, ya itu tadi, gimana penghasilannya. Kalau saya enggak ngojek, istri dan anak saya makan apa nanti," katanya.
Terkait perubahan tarif Go-Jek yang berlaku sejak Senin (2/11/2015) kemarin, dia mengaku memang semakin sulit.
Menurut dia, satu hal yang paling diprotes pengemudi Go-Jek adalah jumlah poin untuk penerimaan bonus, dari lima menjadi delapan.
Menurut dia, dengan banyaknya pengemudi Go-Jek, sulit sekali mendapatkan lima penumpang dalam sehari.
"Sekarang Go-Jek sudah banyak banget, apalagi sekarang harus delapan dulu baru bonus," ujar Samsul.
Samsul mengaku mendapat rata-rata Rp 2 juta setiap bulannya. "Itu kan susah buat kosan anak istri, apalagi sekarang mau ditambah delapan dulu baru bonus," ujarnya.
Setiap hari, kata Samsul, dia mengisi bahan bakar sebanyak tiga kali. Sekali mengisi, dia mengeluarkan Rp 25.000.
"Nah, kalau dinaikkin delapan pelanggan baru dapet bonus 50.000 dari asalnya cuma lima, buat bensin saja enggak cukup," ujarnya.
Ia menginginkan manajemen Go-Jek tetap memberlakukan kebijakan lama karena lebih nyaman.
"Menurut saya, kalau manajemen Go-Jek tetap memutuskan perubahan tarif kayak gini, penumpang Go-Jek banyak yang mengundurkan diri," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.