Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara agar Truk Sampah Jakarta Tidak Bau

Kompas.com - 20/11/2015, 14:52 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI sepakat untuk menambah jumlah truk compactor dalam anggaran Dinas Kebersihan DKI pada APBD 2016.

Penambahan ini berawal dari Ketua Komisi D Muhamad Sanusi yang mengingatkan pentingnya menggunakan mobil sampah yang tertutup seperti compactor.

"Kalau ingat kata Pak Gubernur (Basuki Tjahaja Purnama), beliau kan ingin pengangkutan sampah tidak bau. Kalau diangkut truk sampah biasa, lalu hanya ditutup terpal, itu pasti bau. Jadi, seharusnya dianggarkan compactor itu," ujar Sanusi di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jumat (20/11/2015).

Pengadaan truk compactor ini juga mengacu pada masalah truk sampah DKI di kota penyangga, seperti di Kota Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi berkali-kali protes karena air lindi dan bau sampah menyebar di jalan.

Bau sampah pun menyebar di Kota Bekasi. Atas dasar itu, Sanusi menilai penggunaan compactor diperlukan. Jika sampah diangkut dengan compactor, tidak akan ada bau dan air lindi yang mengotori Kota Bekasi.

Pada tahun anggaran 2016, Dinas Kebersihan sudah mengajukan anggaran untuk pengadaan 12 truk compactor,sedangkan untuk pengadaan dam truk sampah, Dinas Kebersihan DKI berencana mengadakan 286 truk sampah.

Kemudian, ada perdebatan mengenai daya angkut truk sampah biasa dengan compactor.

"Daya angkutnya bagaimana? Apakah sama antara compactor dengan truk sampah biasa?" tanya Syahrial. (Baca: Ahok: Truk Sampah Baru Milik DKI Anti-bau)

Kepala Dinas Kebersihan DKI Isnawa Adji mengatakan, daya angkut compactor hanya setengah dari truk sampah biasa. Jika truk sampah biasa bisa mengangkut 20 meter kubik, compactor hanya bisa mengangkut 10 meter kubik saja.

Selain itu, harga compactor juga lebih mahal. Satu compactor memiliki harga sekitar Rp 1,5 miliar. Sementara itu, truk sampah memiliki harga sekitar Rp 750 juta. (Baca: Cegah Air Sampah Berceceran di Jalan, DKI Kerahkan "Street Sweeper")

"Ini tinggal keputusan politik kita ya apakah mau beralih ke compactor yang lebih mahal dan daya angkut lebih kecil tetap tidak menimbulkan bau, atau menggunakan truk sampah yang lebih murah dan daya angkut besar, tetapi menciptakan ketidaknyamanan," ujar pimpinan Banggar, Triwisaksana.

Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya diputuskan bersama untuk menambah jumlah pengadaan compactor  pada 2016. Selain itu, pengadaan truk sampah biasa akan dikurangi. (Baca: Beda Penanganan Sampah Jakarta dengan di Jepang Menurut Peneliti LIPI)

Pengadaan compactor yang awalnya 12 buah menjadi 91 buah dengan anggaran Rp 136 miliar. Sementara itu, pengadaan truk sampah yang awalnya 286 buah menjadi 88 buah dengan anggaran Rp 61,6 miliar.

Semua rincian anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kebersihan DKI pada rapat Banggar KUA-PPAS 2016 hari ini. Semua jumlah compactor dan truk sampah tersebut juga sudah disesuaikan dengan daya angkut truk dan volume sampah DKI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com