"SOP yang di mana? Tolong jelaskan pada keluarga kami. SOP yang katanya saya harus memanggil dokter sampai dua kali padahal kondisi anak sudah kritis?" kata Ibrahim, saat ditemui di Kota Bekasi, Jumat (4/12/2015) sore.
Hal itu diungkapkan Ibrahim saat dimintai tanggapan soal hasil investigasi kasus kematian anaknya. Hasil investigasi tersebut menyebutkan rumah sakit dan dokter yang bertanggung jawab sudah melakukan tindakan sesuai prosedur.
Hanya, dokter dan pihak rumah sakit dianggap kurang berkomunikasi dengan keluarga pasien.
Ibrahim mengatakan, sejak awal dia tidak mendapat penjelasan mengapa putri keduanya itu meninggal berdekatan setelah pemberian antibiotik.
"Saya dari awal sudah komitmen bahwa saya cuma mempertanyakan penjelasan kenapa anak saya meninggal," ujar Ibrahim.
Sebab, dalam pengelihatannya, justru sebelum adanya pemberian antibiotik, anaknya dalam kondisi sehat.
"Terus setelah disuntik antibiotik itu kan perutnya bengkak, suhu tubuhnya dingin, terus keluar busa dari mulut, bercak-bercak merah di sekujur badan, itu yang jadi pertanyaan saya. Bukannya soal SOP setelah penangannya," ujar Ibrahim.
Ia pun mempertanyakan mengapa pemberian antibiotik tidak didahului oleh pemeriksaan terhadap anaknya. "Tidak ada skin test pendahuluan ketika menyuntikan antibiotik," ujar dia.
Sebelumnya, tim investigasi yang dibentuk untuk memeriksa kasus ini mengatakan, penanganan terhadap Falya di RS tersebut, termasuk dokter penanggung jawabnya sudah melakukan tindakan sesuai prosedur.
Ada tiga poin yang dihasilkan dalam investigasi mereka. Pertama, prosedur yang dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit Awal Bros, dokter yang menangani Falya dan manajemen rumah sakit sebagai penanggung jawab, sudah bertindak sesuai dengan standar operasional prosedur dalam menangani korban.
Namun, pada poin kedua tim investigasi menyatakan telah terjadi miskomunikasi antara keluarga pasien dan pihak RS. Hal ini mengenai informasi perjalanan penyakit dari awal Falya masuk, hingga kondisi memburuk, dan akhirnya menyebabkan kematian. Ini tidak tersampaikan secara jelas ke keluarga pasien.
Ketiga, akibat dari itu karena komunikasi antara dokter penanggung jawab kurang efektif terhadap keluarga. Sehingga, menyebabkan informasi yang diharapkan keluarga pasien tidak terpenuhi dengan baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.