Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Penting Jadi Warga DKI karena Ditanggapi Ahok

Kompas.com - 22/01/2016, 15:40 WIB
Dian Ardiahanni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "I feel important.. Haha.. Mau tau kenapa?" Begitu tulis Devi Riana Safitri dalam akun Facebook pada 20 Januari lalu. Devi merasa menjadi penting ketika aduannya terkait e-KTP ditanggapi oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Dalam statusnya, Devi menceritakan bahwa ia tak kunjung memperoleh kabar mengenai KTP elektronik yang telah dibuatnya sejak Desember 2014.

Pada Selasa (19/1/2016) lalu, ia mencoba berkirim pesan singkat ke nomor ponsel Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama.

"Lalu hari ini SMS saya dibalas, kata beliau e-KTP sebenarnya wewenang Kemendagri, Pemprov DKI Jakarta hanya bantu rekam data. Tapi saya ditanya nama dan alamat, lalu saya berikan."

Malam harinya, lanjut Devi, setelah maghrib, ia ditelepon oleh seorang lelaki yang mengaku sebagai bawahan Ahok.

"Beliau bilang kalau diminta pak gubernur untuk follow up perihal KTP saya. Setelah saya jelaskan ulang permasalahannya, beliau bilang kalau besok saya akan dapat kabar dari kelurahan segera," ujarnya.

Tak sampai satu jam, Devi ditelepon oleh wanita yang mengaku dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil (sudin dukcapil).

Dia dimintai nomor induk kependudukan (NIK) dan alamat. Pada hari selanjutnya, Devi mendapat telepon lagi, kali ini dari pihak kecamatan.

Pada hari yang sama, Devi dihubungi oleh salah satu staf di Sudin Dukcapil Jakarta Barat. Dia mendapat kabar bahwa e-KTP-nya sudah jadi. Pada hari itu juga, dia mengambil kartu tersebut.

Devi menuturkan, ia merasa diayomi atas respons cepat pemerintah atas permasalahan itu.

"Rasa mimpi tapi nyata. Begini toh rasanya punya pemerintah yang memang niat melayani rakyat," tulis Devi.


Dipercepat karena permintaan Ahok?

Kasudin Dukcapil Kota Administrasi Jakarta Barat Mohammad Hatta membenarkan cerita Devi di Facebook.

Namun, dia menjelaskan, pihaknya tidak mempercepat pembuatan e-KTP karena adanya perintah dari Basuki. Sebab, e-KTP milik Devi sudah jadi sejak lama.

"Sebenarnya sudah tercetak barangnya, tetapi data dia (Devi) tertumpuk-tumpuk," kata Hatta kepada Kompas.com, Jumat (22/1/2016).

Hatta menuturkan, memang semua yang mengadu kepada Basuki terkait dukcapil akan ditelepon kembali oleh pihaknya.

"Namun, ditelepon hanya untuk memastikan data dan e-KTP-nya sebenarnya sudah tercetak atau belum," ujar dia.

Hatta menambahkan, umumnya e-KTP bisa jadi hanya dalam 14 hari. Namun, karena adanya keterbatasan alat cetak, proses pengerjaan e-KTP pun menjadi molor.

"Bisa sampai satu atau dua bulan, ya tetapi itu karena alat cetaknya sedikit. Hanya ada delapan alat cetak, sementara jumlah e-KTP yang ditangani mencapai 72.000 kartu," ujar Hatta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com