Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rejeki yang Hilang dari Kalijodo

Kompas.com - 24/02/2016, 06:01 WIB
Dian Ardiahanni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perputaran uang di Kalijodo cukup menjanjikan. Tak heran peluang itu banyak dimanfaatkan warga di luar untuk mengais rejeki di sekitar Kalijodo.

Kini para pelaku usaha itu mulai kebingungan, akibat adanya penertiban di Kalijodo. Mereka tak dapat berbuat apa-apa, ketika 'lahan duit' nya akan diratakan dan dijadikan ruang terbuka hijau oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pelaku usaha itu hanya bisa gigit jari. Kondisi ini menimpa Muji (44). Pedagang jamu itu telah menjajakan dagangannya selama 20 tahun dengan berkeliling kawasan Kalijodo.

Setiap pagi dan malam hari, wanita ini selalu mengayuh sepedanya yang berisi botol-botol jamu ke tiap sudut pemukiman warga. Namun, saat kembali datang ke Kalijodo kemarin, Muji tak banyak melayani para pelanggannya.

Kedua matanya lebih banyak menatap aktivitas warga Kalijodo yang sedang mengemas barang untuk diangkut ke Rusunawa Marunda. Tak jarang, Muji pun memanfaatkan sisa waktunya untuk berceloteh dengan warga Kalijodo yang telah dianggap sebagai bagian dari keluarganya.

Meski bakal diselimuti rasa rindu, tapi Muji cuma berharap agar warga Kalijodo bisa memiliki hidup lebih baik lagi. "Ya... tetapi enggak apa-apalah. Mudah-mudahan keluar dari sini (Kalijodo) bisa dapat hidup yang lebih baik dan pekerjaan tetap," kata Muji saat ditemui di Kalijodo, Jakarta Utara, Selasa (23/2/2016).

Pilu ini tak hanya harus diterima oleh Muji. Cindy (37), tukang kredit yang sudah mengais rezeki di kawasan Kalijodo selama 11 tahun pun turut merasakan kesedihan tersebut.

Dia bahkan kebingungan karena para pelanggannya yang telah pergi, belum melunasi utangnya. Rata-rata pelanggannya merupakan pekerja kafe dan wisma di Kalijodo. Satu per satu pelanggannya mulai menghilang tanpa ada kabar semenjak isu penertiban di kawasan yang terkenal akan hiburan malamnya.

Nilai cicilan yang belum dilunasi pelanggannya itu tak sedikit, diperkirakan mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta. Namun, Cindy hanya bisa pasrah mengetahui hutang-hutang tersebut tidak dilunasi.

Kini, para pelaku usaha di Kalijodo terpaksa harus kehilangan lahan pencarian uangnya. Mereka harus membuka lembaran barunya dengan mendagangkan jualannya ke wilayah-wilayah lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com