KOMPAS.com - Hari Selasa (22/3/2016), mimpi buruk seolah jadi nyata bagi sebagian warga Ibu Kota yang sehari-hari mengandalkan angkutan umum untuk mobilitas.
Unjuk rasa besar-besaran ribuan sopir taksi membuat layanan angkutan publik dari dan menuju pusat kota Jakarta lumpuh.
Warga yang sudah menumpang angkutan umum pun harus diturunkan di tengah jalan, seperti dialami Benny (50).
Selasa siang itu, taksi Blue Bird yang ia tumpangi tiba-tiba dicegat massa saat melaju di Tol Dalam Kota dekat Gedung DPR/MPR.
Pengunjuk rasa mengerubungi mobil, memaksa sopir dan tiga penumpang di dalamnya turun.
”Saya mau ke Bandara Halim Perdanakusuma, mau naik pesawat ke Palembang. Ibu saya meninggal!” seru Benny panik kepada massa yang menuntunnya ke pinggir jalan bebas hambatan itu.
Benny naik taksi dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, bersama saudara laki-laki dan sepupu perempuannya.
Ia membeli tiket di bandara dan mendapat penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
”Semula sopir taksi sudah bilang ke saya, ada demo. Dia menolak mengantar, tetapi saya paksa. Sekarang jadi begini,” kata Benny. Ia diarahkan polisi naik bus kota menuju Cawang.
Tak hanya taksi yang diberhentikan paksa. Dengan alasan solidaritas sesama angkutan umum, mikrolet pun dicegat dan penumpangnya dipaksa turun.
”Ini ada apa, kok kami dipaksa turun?” ujar Cici (55), penumpang mikrolet 16 jurusan Pasar Minggu-Kampung Melayu.
Mobil yang ia tumpangi itu tiba-tiba dicegat sekumpulan awak angkutan umum di dekat Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Selasa siang.
Butuh beberapa waktu bagi Cici untuk memahami apa yang sedang terjadi. Dia pun bertanya, ”Terus saya bisa naik angkutan apa lagi ini?” Cici akan menuju Pasar Jatinegara.
Setelah upaya mencari angkutan lain sia-sia, ia akhirnya memutuskan berjalan kaki di tengah siang yang terik menuju pasar yang berjarak sekitar 1 kilometer itu.
Sejumlah calon penumpang juga terlihat telantar di Jalan Casablanca, Jakarta Selatan.