JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyatakan, dirinya setuju dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk melakukan normalisasi kali di Jakarta. Ahok kemarin mengingatkan pentingnya normalisasi karena Jakarta masih banjir.
Djarot menilai, program normalisasi masih diperlukan di Jakarta.
"Iya dong (setuju dengan Ahok), tetap dong normalisasi. Bagaimana enggak dinormalisasi," kata Djarot seusai shalat Jumat di Masjid Al Abror, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jumat (22/4/2016).
Namun, Djarot menjelaskan bahwa normalisasi bukan cuma berkaitan dengan kegiatan membongkar bangunan. Ada cara lain yang juga merupakan bentuk normalisasi, yakni dengan melakukan penghijauan di tepian sungai.
"(Normalisasi) masih perlu, jadi normalisasi itu bermacam-macam bentuknya, termasuk penanaman pohon di sepanjang sungai. Kalau ada yang tidak bisa diturap, sebaiknya ditanami pohon. Jadi, jangan punya persepsi normalisasi semua harus dibongkar, tidak," ujar Djarot.
Kegiatan pengerukan, menurut dia, juga bagian dari normalisasi. Djarot berharap warga bisa melapor sungai mana yang alami pendangkalan agar dikeruk.
"Kita kan tadi suruh mendaftar sungai mana yang dangkal untuk dikeruk. Kemudian, ada turap yang jebol itu harus segera diperbaiki," ujar Djarot. (Baca: Kritik Djarot pada Kebijakan di DKI Bisa Jadi Bumerang)
Sebelumnya, Ahok kembali menegaskan untuk menormalisasi sungai-sungai yang ada di Jakarta. Meski demikian, ia menyebut normalisasi harus dilakukan bersamaan dengan penyediaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk tempat tinggal yang baru bagi warga bantaran sungai.
"Lebar Sungai Pesanggrahan itu 60 meter kok, tetapi tinggal 15 meter. Mau enggak mau saya mesti lebarin. Tetapi, orang pada tinggal di situ jadi masalah. Maka, tunggu rusun jadi. Mei sudah jadi lagi beberapa ratus unit," ujarnya. (Baca: Djarot dan Kritiknya untuk Ahok)