Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewaspadai Peredaran Obat Ilegal yang Terus Meningkat

Kompas.com - 26/04/2016, 11:20 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran obat, kosmetik, hingga obat tradisional ilegal semakin banyak beredar di masyarakat.

Pada Februari-Maret 2016, BPOM menemukan 4.441 item produk farmasi ilegal mulai dari obat, kosmetik, dan obat tradisional yang tidak punya izin edar, palsu, hingga mengandung bahan kimi berbahaya. Nilai ekonomi disebut mencapai Rp 49 miliar.

Kepala BPOM Roy Sparringa mengatakan, lebih dari setengah produk farmasi ilegal yang ditemukan berasal dari pulau Jawa.

"Sumber-sumber obat beredar di derah seperti di Surabaya, Jawa Timur, kemudian beberapa obat yang dipalsukan yakni paracetamol, dexametason dan fenilbutazon," ujar Roy di Balai BPOM, Jakarta Pusat, Senin (25/4/2016).

Rincian temuan tersebut yakni di Jawa Timur sebesar 55 persen dan 96 sarana, Jawa Barat 14 persen dan 24 sarana, DKI Jakarta 22 persen dan 38 sarana, Sumatera Utara 2 persen dan wilayah lainnya sebesar 7 persen dan 12 sarana.

Peningkatan peredaran

Obat ilegal dari 2013 hingga 2016 Terjadi peningkatan penangkapan peredaran produk farmasi ilegal dari tahun 2013 hingga 2016.

Berdasarkan data BPOM, pada 2013, didapati temuan peredaran obat ilegal sebanyak 71 item dengan nilai temuan sebesar Rp 5,67 miliar, pada tahun 2014 sebanyak 3.656 item dengan nilai Rp 31.6 miliar, pada tahun 2015 sebanyak 3.671 dengan nilai Rp 20.8 miliar, dan pada tahun 2016 periode Februari-Maret 2016 sebanyak 4.441 item dengan nilai mencapai Rp 49, 8 miliar.

BPOM memperkirakan dua kemungkinan alasan terjadi kenaikan yaitu gencarnya operasi penangkapan yang dilakukan BPOM dan peningkatan kejahatan farmasi ilegal.

Modus peredaran baru

Dari penangkapan tersebut, ditemukan modus baru untuk produksi dan peredaran produk farmasi ilegal. Produk tersebut diproduksi secara tersamar di sarana atau tempat yang memiliki legalitas atau izin produksi obat.

Untuk produksinya dilakukan pada malam hari di pinggiran Jakarta seperti di Bogor dan Tangerang atau jauh dari pemukiman penduduk.

Untuk peredaran, pelaku mengedarkan melalui pedagang besar farmasi (PBF) resmi ke sarana ilegal, selain itu modus lainnya yakni diedarkan di depot jamu jamu di seluruh Indonesia.

Untuk mengelabui petugas dan masyarakat, pelaku juga menggunakan nomor ijin edar fiktif, repacking produk lokal sehingga terlihat seperti produk import, dan diedarkan melalui online maupun secara konvensional.

Dampak mengonsumi obat palsu

Berkepanjangan BPOM menjelaskan dampak penggunaan obat ilegal yakni obat, obat tradisional, dan kosmetik palsu menimbulkan dampak kesehatan bagi kulit dan organ.

Untuk kulit, efek samping dari penggunaan obat palsu yang berkepanjangan seperti reaksi fotosensivitas dan syndrom Steven Johnson.

Sedangkan untuk efek semping terhadap organ yaitu dapat menimbulkan kerusakan ginjal , kerusakan hati, moon face dan kerusakan jantung.

"Akan ada dampak besar kalo dikonsumsi dalam jumlah yang besar dan dikonsumsi dalan waktu terus menerus, sebaiknya beli obat dari dokter dengan indikasi dan dosis yang jelas," ujar Deputi II Bidang Pengawasan Obat, Kosmetik dan Produk Komplemen BPOM Ondri Dwi Sampurno.

Kompas TV Kakak-Adik Ditangkap Karena Jual Obat Ilegal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com