Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrok Bawa Sajam, Warga Dadap Tidak Diamankan Polisi

Kompas.com - 10/05/2016, 19:14 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Aksi penolakan terbitnya surat peringatan kedua (SP2) oleh warga di Kampung Baru Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, berujung bentrokan dengan aparat gabungan yang berjaga di lokasi, Selasa (10/5/2016).

Di antara kumpulan warga Dadap, banyak yang memegang senjata tajam bahkan membuat bahan ledakan sendiri dengan botol untuk menghalau aparat dan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang akan melayangkan SP2.

Dari pantauan Kompas.com, senjata tajam yang dibawa warga kebanyakan berjenis golok dan pisau. Selain itu, mereka juga banyak yang memegang tombak, balok kayu, batu, dan benda lainnya.

Kumpulan warga tersebut membentuk barisan sendiri yang menutup jalan ke kawasan mereka dan menghalangi siapapun yang ingin masuk ke sana.

Dari beberapa kali bentrok dengan aparat, dua orang warga ada yang diamankan polisi. Namun, belakangan, kedua orang itu dibebaskan. Polisi tidak jadi menahan orang itu dan tidak mengamankan satu warga pun dari bentrokan kali ini.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti yang membantu mengamankan bentrok menjelaskan, untuk kasus kali ini, polisi memilih untuk tidak menindak warga.

Hal yang dilakukan aparat saat ini, kata Krishna, adalah menenangkan warga dan berdialog agar mereka tidak lagi bertindak anarkistis dan SP2 penertiban Kampung Baru Dadap serta lokalisasi Dadap Ceng In ditunda untuk sementara waktu.

"Penindakan itu sifatnya conditional. Untuk saat ini, tidak ada yang ditindak. Warga minta ke saya jaminan keamanan, saya minta balik ke mereka, simpan senjata-senjatanya. Kami bisa saja perintahkan anggota serang mereka, tapi bakal lebih banyak korban. Bukan itu yang diinginkan," kata Krishna.

Setelah warga dimediasi oleh aparat gabungan, mereka sepakat untuk membubarkan diri. Pemberian SP2 penertiban di Dadap pun ditunda hingga waktu yang ditentukan Pemerintah Kabupaten Tangerang nanti.

Sebelumnya, SP1 sudah diberikan Pemerintah Kabupaten Tangerang kepada perwakilan warga Dadap pada 27 April 2016 lalu. SP1 diperuntukkan bagi 387 kepala keluarga (KK) yang bermukim di sekitar bekas lokalisasi prostitusi Dadap Ceng In.

Perjalanan hingga SP1 berhasil diberikan pun melewati sejumlah tahapan. Pihak Kecamatan Kosambi, Kelurahan Dadap, dan pihak terkait lainnya harus menemui perwakilan warga Dadap untuk menerangkan maksud dan tujuan pemberian SP1.

Pembicaraan soal itu berlangsung hingga dini hari sebelum SP1 dilayangkan pada pagi harinya. Rencananya, lahan yang ditertibkan di sana akan dibuatkan taman, masjid, dan pusat kuliner khas laut.

Sedangkan warga yang tinggal di sana akan dipindahkan sementara ke rumah susun yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Kebanyakan pelaku usaha dan para pekerja seks di sana sudah lama pindah. Mereka pindah beberapa hari setelah kabar tentang penertiban mencuat.

Sedangkan warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan masih bertahan hingga hari ini.

Kompas TV Tolak Digusur, Warga Dadap Serang Polisi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com