Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Apotek Pasar Pramuka Minta Masyarakat Tidak Khawatir Belanja Obat

Kompas.com - 09/09/2016, 13:16 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski ada temuan obat kedaluarsa, para pemilik apotek di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, meminta masyarakat atau konsumen untuk tidak resah. Para pemilik apotek berjanji ikut melakukan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang.

"Mungkin dari masyarakat ada rasa takut, tapi saya imbau datanglah enggak usah takut, enggak semua barang ini kedaluarsa, itu oknum aja (yang jual). Masih banyak pedagang benar yang bukan cari kaya, tapi untuk makan," kata Yoyon (49), pemilik sebuah apotek di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (9/9/2016).

Sebagai gantinya, para pedagang tak khawatir kalau sering disidak dan diperiksa badan yang berwenang seperti BPOM dan Dinas Kesehatan DKI.

"Mohon bantuan dari Badan POM, sudin dan Dinas Kesehatan, didik kami sering-sering datang ke Pramuka, supaya kita enggak dicap ilegal terus," ujar Yoyon.

Apalagi, lanjutnya, aturan berjual obat di Pasar Pramuka dari pengelola dengan tegas melarang menjual obat psikotropik, palsu, kedaluarsa dan lainnya. Yoyon menyatakan, dia menyesali terjadinya kasus temuan obat kedaluarsa seperti kemarin. Ulah oknum tersebut menurutnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Imbasnya banyak ke pedagang lain yang dagangnya benar. Saya sebagai pedagang turut menyesalkan kejadian kemarin," ujar Yoyon.

Edison (45), pemilik apotek lain mengungkapkan hal senada. Pihaknya meminta masyarakat tidak khawatir lagi. Sebab, pemilik apotek setempat terbuka untuk diperiksa badan berwenang mengenai masalah obat.

"Kami sudah minta BPOM untuk cek setiap apotek di Pasar Pramuka. Saya jamin Pasar Pramuka bersih, cuma baru kali ini ada kejadian besar seperti ini. Kalau sebelum-sebelumnya satu dua ada tapi enggak sebesar ini, karena kelalaian aja," ujar Edison.

Kepala Pasar Pramuka Ajie Ruslan juga berharap, apotek obat di pasarnya bisa berjualan obat dengan benar.

"Kita berharap ke depan bebas obat kedaluarsa atau palsu. Intinya kerja sama dengan berbagai elemen dan SKPD seperti Sudin Kesehatan dan BPOM," ujar Ruslan.

Menurut dia, peran pengawasan obat di pasarnya ada pada BPOM. Pihaknya sebagai pengelola hanya bersifat mengimbau agar pemilik obat dalam penjualannya tidak melanggar aturan.

"Kalau pengawasan job desk-nya BPOM, yang berhak BPOM. Kalau kita pengawasan secara global, bukan keamanan tentang obat. Kita sifatnya mengimbau atau menyurati saja dan masalah keamanan pasar, kebersihan, dan masalah tempat usaha," ujarnya.

Pasar yang dipimpinnya itu diklaim rutin disidak baik dari BPOM atau kepolisian. Namun, informasi sidak tidak pernah disampaikan ke pihak pasar.

"Seminggu kadang sekali, dua kali bahkan tiga kali. Rutin ada terus. Dari polda juga demikian, cuma kita mengetahui saja, enggak dikasih tembusan karena mungkin takut bocor (sidaknya)," ujar Ruslan.

Kompas TV Waspada Obat-obatan Kedaluwarsa!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com