JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Ali Munhanif, menilai, bubarnya "Koalisi Kekeluargaan" pada Pilkada DKI Jakarta sebagai sebuah berkah tersembunyi atau blessing in disguise.
"Harus diucapkan, blessing in disguise, 'Koalisi Kekeluargaan' tidak terjadi. Kalau terjadi, maka yang terjadi dua pemilihan besar, yang satunya didominasi partai nasionalis, satu lagi partai-partai Islam berkumpul di bawah payung Partai Gerindra," kata Ali.
Hal itu diungkapkan Ali saat ditemui Kompas.com dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Partai nasionalis yang dimaksud Ali adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem. Sedangkan kubu partai satunya lagi yang disebut akan bernaung di bawah Partai Gerindra adalah PPP, PKB, PKS, PAN, dan partai sejenis lainnya.
"Sekarang, karena ada tiga pasang bakal calon, itu artinya tidak terjadi pengelompokkan yang intens di kalangan ideologis tadi. Mudah-mudahan dengan begitu, dinamika politik nanti akan sehat, dengan isu agama yang tidak mendominasi," ujar Ali.
Pilkada DKI Jakarta kali ini menghadirkan tiga pasang bakal calon gubernur dan wakil gubernur, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem; Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS; serta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB.