Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sylviana Kritik Ahok soal Kekerasan Verbal terhadap Perempuan

Kompas.com - 10/02/2017, 21:59 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan satu, Sylviana Murni, mempertanyakan cara calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan di DKI Jakarta.

Sylvi menuturkan, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat dari tahun 2015 ke 2016 berdasarkan data Komnas Perempuan. Namun, Sylvi menyayangkan karakter Ahok yang dinilainya justru melakukan kekerasan verbal terhadap perempuan.

"Bagaimana bisa seorang gubernur menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan, padahal gubernur itu sendiri adalah pelaku kekerasan verbal," tanya Sylvi kepada Ahok dalam debat final Pilkada DKI 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2017).

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ahok langsung mengatakan bahwa hal itu fitnah. Dia justru ingin melindungi perempuan dengan cara membangun apartemen di tanah TNI atau polisi yang dinilai sebagai tempat yang aman untuk melindungi perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Kekerasan verbal itu satu kasus yang dibesarkan. Itu adalah orang yang jelas mengambil KJP kontan. Buktinya, ibu-ibu demen tuh foto sama Ahok, sampe ngantre, sampe bayar. Bagaimana bisa orang yang lakukan kekerasan didatengi, istri saya kabur kali," kata Ahok. (Baca: Curahan Hati Ibu Pengadu KJP yang Dituding Maling oleh Ahok...)

Ahok meminta pertarungan dalam pilkada tidak menggunakan fitnah dan contoh yang membangun opini yang jelek. Dia meminta semua pasang calon berlomba menjual program. Bahkan, Ahok menyebut program Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvi mengambang.

Agus kemudian menanggapi pernyataan Ahok tersebut. Menurut Agus, hal yang disampaikan Sylvi bukanlah fitnah.

"Yang jelas itu semua sudah diketahui publik, viral di mana-mana, dan itu bukan hoax, Bapak mempertontonkan kekerasan verbal terhadap kaum perempuan," ucap Agus.

Dia pun mengingatkan bahwa kekerasan verbal lebih menyakitkan dibandingkan kekerasan fisik, terlebih jika dipertontonkan di hadapan publik. Agus juga mempertanyakan bagaimana Ahok bisa memiliki integritas untuk melindungi perempuan dan anak-anak apabila yang dilakukan Ahok adalah kekerasan verbal.

Selain itu, Agus juga menyebut bahwa program yang ditawarkan Ahok-Djarot Saiful Hidayat tidak ada yang baru. Setelah Agus, giliran Djarot membela Ahok. Menurut Djarot, hal yang dilakukan Ahok merupakan shock therapy untuk mendidik warga Jakarta.

"Ketika ada ketidakjujuran, perlu sekali waktu kata-kata yang tegas sehingga bener-bener kita didik punya moral yang jujur dan bertanggung jawab," tutur Djarot. (Baca: Ahok: Paslon Satu dan Tiga Suka Membangun Opini yang Menyesatkan)

Djarot menyebut bahwa mereka berdua anti-korupsi dan penyelewengan. Oleh sebab itu, warga DKI Jakarta perlu diberi shock therapy tersebut. Setelah kejadian itu, Djarot menuturkan bahwa tidak ada lagi warga yang menyalahgunakan KJP.

Kompas TV Kejadian Unik dan Lucu di Debat Putaran Kedua Cagub Dki Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com