Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pandapotan, Politikus PDI-P yang Terlibat Aksi Pemukulan di TPS

Kompas.com - 16/02/2017, 17:41 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beredar, video tentang Ketua DPC PDI-P Jakarta Pusat, Pandapotan Sinaga, yang tengah berselisih dengan beberapa orang. Perselisihan itu disebut-sebut terjadi di sebuah TPS di Jakarta Pusat.

Ketika dikonfirmasi, Pandapotan yang juga merupakan anggota DPRD DKI dari Fraksi PDI-P itu menjelaskan kronologi kejadian menurut versinya.

"Kejadiannya gini, saya ini kan penanggung jawab petugas dari paslon nomor dua. Saya keliling wilayah Gambir, ke beberapa TPS, dan saya ke TPS itu," ujar Pandapotan ketika dihubungi, Kamis (16/2/2017).

TPS yang dimaksud adalah TPS 18 di RW 7 Kelurahan Petojo Utara. Pandapotan mengatakan, dia mengenakan pakaian kotak-kotak saat meninjau TPS tersebut. Namun, tiba-tiba dia diusir oleh petugas Panwaslu di TPS itu.

"Saya bilang kenapa? Kata dia, 'Bajunya, Pak', padahal enggak ada larangan pakai baju kotak-kotak," ujar dia.

Pandapotan pun mencari saksi untuk Basuki-Djarot yang ada di TPS itu. Dia mengatakan, seharusnya semua saksi wajib memakai baju kotak-kotak. Saksi di TPS itu mengatakan, petugas Panwaslu melarang penggunaan pakaian kotak-kotak.

"Terus panwasnya bilang, 'Oke, saya bikin berita acaranya ya Bapak ada di sini'. 'Oh silakan, Pak', saya bilang begitu," kata Pandapotan.

Setelah itu, beberapa orang mulai mengelilingi Pandapotan dan anggota Panwaslu yang sedang berdebat. Pandapotan mengatakan, salah satu dari orang itu adalah ketua RW.

Selain ketua RW tersebut, orang-orang itu merupakan pendukung calon selain nomor 2. Dia mengatakan, saat itulah salah seorang mulai merekamnya dan mengejek dirinya.

Dia sempat meminta kepada polisi yang ada di sana untuk dibawa ke polsek. Alasannya, dia tidak mau membuat kegaduhan. Kemudian, orang-orang itu meminta KTP dan KTA partainya.

"Terakhir, saya tunjukin kartu PDI-P saya. Dia bilang, 'Pak ini kartunya cuma sampai 2016'. Saya bilang, ini seumur hidup. Dia bilang, saya mau bikin kegaduhan, dibilang kita mau digugurkan," ujar Pandapotan.

"Ditonjoklah saya di kepala. Ditarik leher saya, tetapi saya kan enggak mau ribut, akhirnya saya diamankan di polsek," kata dia. (Baca: Terjadi Pemukulan di TPS yang Libatkan Tim Ahok-Djarot)

Pandapotan mengatakan, ketika itu dia belum mencoblos. Setelah dari polsek, dia pun pulang untuk mencoblos terlebih dahulu. Ternyata, adiknya mendatangi kembali lokasi sebelumnya untuk menanyakan siapa yang memukul Pandapotan.

"Berkelahi mereka, adik saya enggak tahu bagaimana, dia dikeroyok," kata Pandapotan.

Berdasarkan info yang beredar, Pandapotan disebut membawa 30 orang ke TPS itu. Namun, dia membantah hal itu. Dia mengatakan, dirinya hanya datang bersama pengurus partai lain dengan menggunakan sepeda motor.

"Tiga puluh orang bagaimana? Enggak benar itu. Saya sama pengurus naik motor berdua," kata dia.

Kompas TV Pilkada DKI Jakarta 15 Februari kemarin menyisakan kekecewaan karena banyak warga yang tak bisa menggunakan hak pilihnya. Pria ini kesal dan hampir putus asa, karena lagi-lagi tak bisa menggunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi. Ia protes kepada panitia KPPS tempat ia seharusnya memilih tak memberi solusi, karena ketatnya peraturan. Pria ini dan istrinya padahal telah membawa KTP elektronik dan kartu keluarga asli, namun tetap tidak diperbolehkan memilih karena namanya tak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap. Mereka tak sendiri. Puluhan warga Cilincing, Jakarta Utara ini juga kecewa dan mendatangi Kantor Kelurahan Sukapura untuk protes karena kehilangan hak suaranya. Mereka kesal karena Ketua KPPS mengaku tak bisa berbuat apa-apa dengan alasan surat suara tambahan sudah habis. KPPS hanya mengikuti peraturan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kekecewaan serupa juga ternyata banjir di media sosial. Antusiasme warga yang tinggi untuk memilih pemimpin jagoan mereka terpaksa patah karena peraturan dan pemutakhiran data pemilih yang tidak optimal. Dalam wawancara dengan Timothy Marbun, anggota KPU DKI Jakarta, Betty Epsilon Idris pun berharap, agar warga Jakarta mau proaktif untuk mendaftarkan diri mereka sebagai pemilih jika pilkada DKI jadi berlangsung dua putaran. Masih ada kesempatan untuk menyelamatkan hak pilih Anda jika pilkada DKI Jakarta berlangsung dua putaran yang akan ditetapkan pada 4 Maret mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com