Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Intimidasi dan Provokasi pada Putaran Kedua Pilkada DKI

Kompas.com - 30/03/2017, 09:02 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan untuk menempatkan satu anggotanya di setiap tempat pemungutan suara (TPS) akhirnya terwujud. Pada putaran pertama, Iriawan mengusulkan hal itu tetapi ditolak Ketua KPU DKI Sumarno karena dinilai tak ada urgensinya.

Lalu kenapa pada putaran kedua pengamanan semakin ketat?

"Karena hasil laporan dari putaran pertama ada yang (intimidasi). Seluruh paslon (pasangan calon) melaporkan kepada kami bahwa ada rasa intimidasi, sehingga kami mengambil langkah satu TPS dijaga satu polisi dan satu TNI," kata Iriawan di Kantor KPU DKI, Rabu (29/3/2017).

Iriawan mengatakan, intimidasi terjadi di berbagai TPS di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Pihaknya menyiapkan 21.000 anggota untuk bersiaga dan berpatroli di 13.032 TPS.

Iriawan juga menyinggung soal wacana "Tamasya Al-Maidah" yang mengajak massa dari luar Jakarta datang ke TPS saat pencoblosan pada 19 April 2017. Iriawan memastikan pihaknya mampu melakukan pengamanan bersama TNI, Satpol PP, dan Linmas.

Penyelenggara pemiliu dan Panwas juga akan berada di lokasi untuk mencegah kecurangan.

"Kami menyampaikan kepada khalayak, Tamasya Al-Maidah tidak usah dilakukan. Mau tamasya ke mana? Kami diperintah Undang-undang untuk menjaga ketertiban. Kami menjaga kenyamanan pemilih siapa saja, paslon dua atau tiga," ujar Iriawan.

Baca: Polisi Imbau Masyarakat Tidak Ikut Tamasya Al Maidah

Spanduk provokatif

Ia mengatakan bahwa langkah untuk mencegah intimidasi juga dilakukan sebelum pemilihan. Salah satu caranya adalah dengan menertibkan spanduk-spanduk provokatif bernada suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Bawaslu DKI bersama kepolisian dan Satpol PP setidaknya sudah menurunkan 1.230 spanduk kampanye dan bernada provokatif. Iriawan meminta masyarakat menurunkan spanduk-spanduk tersebut. Jika masih bertebaran, ia berjanji akan memidanakan para pemasangnya.

"Ini peringatan terakhir, kalau memang masih ada, saya akan menggunakan UU yang mengatur tentang SARA," ujar Iriawan di Kantor KPU DKI Jakarta, Rabu.

Iriawan mengatakan pihaknya sudah mengantongi beberapa nama yang dicurigai aktif memasang spanduk provokatif di berbagai sudut Jakarta. Iriawan enggan membocorkan pihak-pihak yang dimaksud.

Di sisi lainnya, polisi sendiri memasang ratusan spanduk tandingan berbunyi, "Jangan mudah terprovokasi, mari kita ciptakan situasi yang aman dan kondusif".

"Makanya kami peringatkan dulu. Bagi yang mencoba ya silakan, Pak Wakapolda sudah pegang data nama-namanya dan Krimum, karena enggak sulit buat bongkar di mana nyetaknya dan siapa yang menyebarkan, kami tahu semua orang-orangnya," katanya.

Baca juga: Polisi Kantongi Nama Penggerak Pemasangan Spanduk Provokatif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com