JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung berwarna putih dengan nomor bangunan 8-9 di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, kini dikenal sebagai tempat kerjanya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beserta jajarannya.
Gedung yang kini dinamakan Balai Kota itu berdiri tepat di samping gedung 24 lantai berwarna biru.
Namun tak banyak yang tahu bahwa tempat yang menjadi pusat pemerintah Ibu Kota ini memiliki sejarah panjang.
Baca juga: Cerita Pedagang Kerak Telor yang Bertemu Ahok, Mengenang Masa Kejayaannya di Balai Kota...
Dilansir dari Jakarta.go.id, sebelum akhirnya dimiliki hak guna bangunan sepenuhnya oleh pemerintah RI, gedung ini tercatat pernah digunakan sebagai kantor pemerintahan baik oleh Belanda maupun Jepang pada masa penjajahan.
Selain digunakan sebagai kantor pemerintahan Kota Jakarta, tempat ini juga digunakan sebagai kediaman Burgemeester (wali kota).
Pusat pemerintahan berpindah-pindah
Pusat pemerintahan kota Jakarta mengalami beberapa kali perpindahan tempat. Ketika Stad Batavia dibentuk pada tahun 1905, dan kemudian berubah menjadi Gemeente Batavia, kantor pemerintahannya bertempat di De Oude Stadhuis, yakni bangunan kuno abad ke-18 di Stadhuisplein yang kini dikenal sebagai Taman Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta.
Akibat perkembangan Kota Batavia yang mengarah ke selatan dan berpusat di Weltevreden, kantor Gemeente Batavia menjadi sangat jauh dari pusat kota.
Oleh karena itu, banyak kantor pemerintahan yang akhirnya pindah ke Weltevrede begitu pun dengan Kantor Balai Kota.
Baca juga: Kota Tua Bukan Hanya Taman Fatahillah
Yang pada awalnya terletak di Oud Batavia, pada tahun 1913 dipindahkan ke Tanah Abang West (sekarang jalan Abdul Muis no.35, Jakarta Pusat).
Lalu tahun 1919 pindah lagi ke Koningsplein Zuid yang sekarang Jalan Medan Merdeka Selatan No. 8-9, Jakarta Pusat atau gedung Balai Kota saat ini.
Adapun bangunan No. 8 yang kini diketahui sebagai bangunan 24 lantai dipergunakan sebagai kantor dan tempat kediaman Residen Jawa Barat.
Sedangkan bangunan No. 9 dipergunakan untuk Gemeentehuis Batavia (Balai Kota) dan rumah kediaman Burgemeester (wali kota).
Lalu kemudian bangunan no. 9 menjadi kantor Balai Kota sepenuhnya setelah rumah kediaman Burgemeester dibuatkan di samping Bisschopplein (sekarang Jl. Suropati No. 7, Jakarta Pusat).
Pada tanggal 1 Oktober 1926, Gemeentehuis Batavia diganti menjadi Stad Gemeentehuis Batavia sampai masa pemerintahan Jepang.