Pada Rabu (2/8/2017) sore itu, Tubi memarkir rakit reyotnya di pinggir Sungai Mookevart di Jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat. Tubi menjadi tukang rakit sejak 1971. Saat itu, usianya baru delapan tahun.
"Awalnya saya merakit di sekitaran Pasar Cengkareng, dulu saya berdua sama kakak saya. Tahun 1983 baru saya pindah ke sini," ujarnya.
Rakit itu disewakan Tubi bagi warga yang ingin menyeberangi sungai. Untuk sekali warga menyeberang, Tubi tak mematok harga khusus.
"Ada yang ngasih Rp 3.000, kadang Rp 1.000 saja masih bertanya, kalau pas hari Minggu itu ramai, tetapi ya paling dapatnya ya maksimal Rp 50.000 saja," kata Tubi.
Rakit yang menjadi tumpuan Tubi mencari uang itu tampak dibuat dari bahan sekadarnya. Badan rakit terbuat dari kayu yang tak tersusun rapi.
Atap rakit ditopang empat tiang kayu yang ukurannya tak sama persis. Atapnya pun hanya terbuat dari lembaran papan dilapisi terpal yang termakan usia.
Rakit kayu ini semakin tampak buruk rupa tanpa cat warna-warni yang mungkin akan membuat tampilannya lebih cantik. Warna kayu rakit tersebut dibiarkan alami.
Rakit reyot ini mengapung di permukaan sungai dengan mengandalkan jeriken-jeriken besar. Dua tangga kayu dipasang di sisi kanan dan kiri sungai untuk memudahkan penumpang menaiki dan menuruni rakit tersebut.
Tali tambang pun dipasang untuk mempermudah gerak rakit kayu reyot itu. Dengan rakitnya, Tubi tak hanya mencari nafkah sebagai penyedia jasa penyeberangan sungai.
Pria asal Brebes ini mengaku kerap mengumpulkan sampah plastik yang hanyut di permukaan sungai dan menjualnya.
Tubi berkisah, sebelum sungai direvitalisasi, banjir merupakan musuh utamanya dalam mencari nafkah. "Dulu daerah sini kan sering banjir," ucapnya.
Seratus meter dari tempat rakit reyot milik Tubi ditambatkan, terdapat jembatan penyeberangan.
Menurut Tubi, warga lebih memilih untuk naik rakit dibandingkan menggunakan jembatan untuk menyeberang. "Warga kan kadang malas kalau harus muter jauh, makanya pilih naik rakit," kata dia.
Rakit reyot milik Tubi tampak kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Kawasan di sekitar Sungai Mookevart itu bukanlah lingkungan perumahan kumuh.
Dari Taman Daan Mogot, tampak jelas sejumlah bangunan permanen berjajar rapi di seberang sungai.
Sejumlah mobil bercat mulus pun tampak berjajar di sekitar sungai yang tak jauh dari Jalan Raya Daan Mogot itu.
Jalur pedestrian yang tampil cantik dengan taman-taman serta fasilitas yang baru diremajakan itu terlihat menghiasi sepanjang Jalan Raya Daan Mogot.
Rakit reyot milik Tubi ini bukan satu-satunya di wilayah Jakarta Barat. Rakit semacam itu dapat ditemukan di sungai-sungai kawasan Kapuk, Pesing, atau Pesakih.
Terlepas dari manfaatnya sebagai sarana penyeberangan sungai bagi warga, keberadaan rakit reyot ini seolah menjadi ironi di tengah majunya Jakarta sebagai kota metropolitan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/03/06220091/ironi-keberadaan-rakit-reyot-di-tengah-megahnya-kota-metropolitan-