Salin Artikel

Bagaimana Transportasi Online Bisa Kurangi Kemacetan?

Namun bersamaan dengan perbaikan sarana transportasi massal, muncul fenomena baru. Di mana warga menggunakan transportasi online dan mengombinasikannya dengan transportasi massal. Mereka akan memulai perjalanan dari rumah menggunakan transportasi online untuk ke halte atau stasiun terdekat. Kemudian dari halte atau stasiun tujuan, naik transportasi online lagi.

"Yang kami lihat pertumbuhan (penggunaan transportasi online dan transportasi massal) cukup pesat, banyak orang yang mulai atau mengakhiri dalam 200 meter dari stasiun (KRL) termasuk (halte) transjakarta," kata John Colombo, Head of Public Policy and Government Affairs Uber Indonesia, Rabu (2/11/2017).

Berdasarkan fenomena ini, Uber meyakini, jika banyak orang meninggalkan kendaraan pribadinya, lalu beralih menggunakan transportasi massal yang dibantu dengan transportasi online, kemacetan dapat berkurang. Menurut John, kondisi ini bisa terjadi jika ridesharing atau berbagi tumpangan dilakukan oleh mereka yang sudah memiliki mobil.

Sebab sering kali di jalanan Ibu Kota, kita melihat mereka yang terjebak kemacetan, adalah mobil-mobil berpenumpang hanya satu atau dua orang. Namun jumlah mobil di jalanan terasa semakin bertambah.

Sepanjang Juli-Agustus 2017, Uber mensurvei 9.000 responden berusia 18 hingga 65 tahun di sembilan kota besar di Asia, salah satunya Jakarta. Dari survei itu terungkap rata-rata pemilik mobil di Jakarta menghabiskan 68 menit terjebak macet dan 21 menit mencari tempat parkir tiap harinya, atau setara 22 hari per tahun. Sebanyak 72 persen responden di Asia dan 74 persen di Jakarta, harus melewatkan atau terlambat untuk hadir ke acara penting.

Kemacetan parah ini membuat penggunaan dan kepemilikan mobil pribadi kehilangan daya tarik, khususnya di kalangan millenial di Asia-Pasifik. Hampir 50 persen responden yang berusia 18 hingga 34 tahun menyatakan tidak tertarik untuk memiliki mobil. Publik justru lebih terbuka terhadap solusi alternatif. Sebanyak 61 persen generasi muda di Asia menyukai skema berbagi tumpangan sebagai opsi untuk komutasi harian mereka.

Di Jakarta, respon publik terhadap kepemilikan mobil tetap positif. Sebanyak 27 persen tetap berkeinginan memiliki mobil serta 71 persen yang belum memiliki sedang mempertimbangkan untuk membelinya. Tapi mereka juga tetap terbuka untuk tidak memiliki mobil.

Sepertiga dari seluruh pemilik mobil (29 persen) mempertimbangkan untuk tidak lagi memiliki mobil. Jumlah tersebut meningkat hingga 49 persen, jika kondisi terkait parkir tidak membaik. Untuk kebutuhan transportasi sehari-hari, pemilik mobil di Jakarta terbuka terhadap solusi alternatif seperti skema berbagi tumpangan. Sebanyak 53 persen meyakini bahwa layanan berbagi tumpangan bisa menjadi alternatif dibanding memiliki mobil pribadi.

Riset BCG


Data yang serupa juga ditemukan oleh Boston Consulting Group (BCG) yang mensurvei 300 pelaju masing-masing di Hong Kong, Singapura, Taipei, Kuala Lumpur, Bangkok, Ho Chi Minh, Jakarta, Manila, Hanoi, dan Surabaya pada September-Oktober 2017.

Di Jakarta saat ini, lebih dari 4 juta mobil yang membutuhkan 24.000 lapangan sepakbola untuk lahan parkirnya. Mobil pribadi di Jakarta menghasilkan 22 juta metrik ton CO2 per tahun, cukup untuk mengisi stadion Gelora Bung Karno sebanyak hampir 5.000 kali.

Dengan tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan seperti saat ini, kemacetan akan menjadi tidak teratasi, dan kota-kota seperti Jakarta bisa macet total pada tahun 2022.

Rata-rata, tiap pengemudi menghabiskan 1,8 kali lebih lama untuk berpergian pada jam-jam sibuk dibanding jam biasa. Selama jam sibuk itu, lebih dari 50 persen kendaraan dari yang bisa ditampung oleh jalanan di Jakarta. Kemudian lebih dari 50 persen mobil di jalan hanya memiliki 1 orang di dalamnya.

Jika berbagi tumpangan menjadi alternatif kepemilikan mobil pribadi, maka diperkirakan 60 persen mobil dapat dikurangi dari jalanan Ibu Kota, atau sekitar hampir 2,5 juta kendaraan. Pengurangan mobil akan dapat memperbaiki situasi kemacetan dan parkir. Jakarta dapat mengalihkan area sebesar 14.600 lapangan sepakbola yang saat ini digunakan sebagai lahan parkir.

Dibanding kota-kota lain di Asia, dalam klasifikasi keragaman transportasi, Jakarta masuk pada tier III atau kota dengan jaringan transportasi publik yang relatif tidak berkembang, atau sangat bergantung pada jaringan transportasi informal seperti Kopaja.

Selain Jakarta, Hanoi, Manila, Ho Chi Minh, dan Surabaya masuk kategori ini. Sementara tier II adalah kota dengan jaringan transportasi yang mulai berkembang pesat seperti Kuala Lumpur dan Bangkok. Adapun tier I adalah kota dengan jaringan transportasi yang sudah berkembang baik seperti Singapura, Hong Kong, dan Taipei.

BCG menganalisa kota-kota yang termasuk dalam tier III bisa memperoleh banyak manfaat dari transportasi online dengan sistem berbagi tumpangan ini.

Di kota-kota tersebut, sekitar 80 persen pelaju yang disurvei mengatakan sangat mungkin untuk membeli mobil pada 5 tahun ke depan. Responden yang sama juga mengatakan tidak akan membeli mobil, 40 persen sangat ingin, 40 persen ingin, apabila berbagi tumpangan dapat memenuhi persyaratan akan kebutuhan transportasi mereka seperti harga, ketepatan waktu dan ketersediaan.

Dengan demikian, Jakarta yang sedang padat-padatnya dengan pembangunan infrastruktur, bukan tak mungkin, kemacetan akan berkurang dengan kombinasi transportasi online dan transportasi massal.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/02/12132821/bagaimana-transportasi-online-bisa-kurangi-kemacetan

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Bagikan artikel ini melalui
Oke