Salin Artikel

Produsen SKM Harus Terbuka Soal Informasi Produk

JAKARTA, Kompas.com - Polemik Susu Kental Manis yang mengandung gula lebih dari 50% mendapat perhatian serius dari  Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), hal ini terungkap dalam konfrensi pers sejumlah LSM dan Pemerintah dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional dan Hari Anak Sedunia di Museum Olahraga Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (19/11).

Wakil Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menjelaskan saat ini tayangan iklan produsen Susu Kental Manis (SKM) begitu masif namun konsumen masih buta dengan kandungan gizi yang terkandung dalam SKM tersebut. "Memang dalam kemasan ditulis kandungan tapi tidak dijelaskan berapa persen kandungan gula maupun susunya," jelas Yatmo.

Melihat, posisi konsumen yang lemah karena informasi yang gencar dari produsen SKM, Yatmo mendesak agar produsen SKM menuliskan dengan jelas komposisi dari kandungan SKM tersebut.

"Produsen SKM haru jujur dan berani membuka informasi kepada publik terkait kandungan gula dalam SKM ini," tegasnya.

Sudaryatmo juga membandingkan kebijakan terkait kandungan gula dalam makanan dan minuman di negara lain, "dinegara lain bahkan mereka sudah memberikan tanda khusus untuk kandungan gula dalam makanan dan minuman. Seperti tanda rambu lalu lintas, ada yang dituliskan berwarna merah yang berarti mengandung gula tinggi hingga berwarna hijau," tambah Yatmo.

Sementara itu ketua Pengurus Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat merasa prihatin terhadap semakin maraknya pangan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak, namun diberikan sebagai pangan  sehari hari.

"1000 hari pertama adalah masa keemasan tumbuh kembang anak, karenanya kebiasaan memberi pangan yang tidak layak konsumsi anak, sama saja dengan menabung penyakit untuk anak dalam usia produktif mereka”, ujar Arif.

Dicontohkannya saat ini banyak perusahan yang memanfaatkan anak-anak dalam iklan produk mereka,  padahal produk tersebut tidak diperuntukan untuk anak-anak, misalnya iklan dan label susu kental manis. "Label dan iklan ini sudah tentu menyesatkan para orang tua,  SKM diperuntukan sebagai topping makanan dan minuman sekarang beralih menjadi minuman menyehatkan, padahal kandungan gulanya melebihi 50%," terang Arif.

Terkait iklan susu kental manis, Direktur Kesehatan Keluarga  Kemenkes RI, Dr.Erni Gustina M.PH  mengakui bahwa iklan-iklan yang ada sasaran utamanya saat ini adalah anak-anak. Dia menambahkan, konsumsi gula, garam dan lemak dalam jumlah tinggi pada anak akan mengakibatkan berbagai penyakit tidak menular seperti  diabetes, hipertensi dan obesitas. Sementara itu, batas konsumsi gula maksimal adalah 4 sendok makan dalam satu hari. “di atas itu (konsumsi gula 4 sendok), pada seorang anak meningkatkan diabetes dan hipertensi” tambah Erni.

Senada dengan Erni, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat,  Dewi Setyarini mengakui aduan tentang iklan SKM banyak masuk ke KPI, “Banyak aduan yang masuk, namun kami belum mempunyai sumber daya untuk menilai kandungan produk dari SKM. Perlu kerjasama dengan BPOM,” jelas Dewi.

Sebelumnya dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan komitmen bersama untuk melindungi anak dari pangan yang tidak sehat. Aksi tersebut didukung oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia bersama DWP Kemepora, Badan POM, FOKBI, YLKI, Dewan Kesehatan Rakyat, Himpaudi, PP Muslimat Fatayat NU, KPI, KPAI, dan HIMPAUDI.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/19/23492641/produsen-skm-harus-terbuka-soal-informasi-produk

Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke