Bangunan bergaya arsitektur Belanda tersebut nampak terpelihara baik. Kusen yang berada di dalam bangunan itu pun masih asli dan belum ada perubahan.
"(Bangunan) ini dibangun Kapten Mayor Chastelein tahun 1713, bangunan masih orisinal, yang berubah hanya lantai dan tiangnya," kata Koordinator Bidang Aset Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein, Ferdy Jonathans saat ditemui Kompas.com, Kamis (22/2/2018).
Ia menceritakan, bangunan tersebut merupakan bentuk perhatian Chastelein kepada para anak buahnya.
"Dulu, anak buah Chastelein di Depok kalau ibadah harus berjalan kaki jauh ke gereja di Senen, Jakarta Pusat. Oleh karena itu, Chastelein membuat gereja di sini (Depok)," kata Ferdy.
Sebelum Chastelein wafat pada 28 Juni 1714, tanah seluas 1.244 hektar itu diwariskan ke 12 anak buahnya.
Adapun ke-12 anak buahnya adalah Jonathans, Soedira, Bacas, Laurens, Leander, Loen, Isakh, Samuel, Jacob, Joseph, Tholense, dan Zadokh.
Setelah Chastelein wafat, gedung ini dikelola para anak buah dengan membentuk Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC).
"Gerejanya masih ada, Gereja Immanuel. Kami ada sekolah juga," ucapnya.
YLCC terbentuk pada 1952. Yayasan tersebut bertugas merawat aset-aset tanah yang merupakan warisan Chastelein serta merawat bukti-bukti peninggalan sejarah.
Di tembok gedung itu terdapat pesan Chastelein yang dikeluarkan pada 13 Maret 1714, "Mijne uyterste wille en intentie strijdende, die is om daar een fraaie christen bevolkinge mettertijt van te doen groeyen. De twaalf familienamen afstammelingen van de vrijgestelde lijfeigenen van Cornelis Chastelein".
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/22/16225331/melihat-bangunan-peninggalan-belanda-berusia-305-tahun-di-depok