Hal ini membuat Pak Haji, pedagang celana yang enggan disebutkan nama aslinya itu menanti tanpa kepastian.
"Saya capek sama berita-berita kepindahan itu. Percuma kalau masih ada orang-orang berkepentingan, isunya sih mau pindah. Isunya doang, tetapi belum ada kepastiannya," kata Pak Haji kepada Kompas.com, Sabtu (24/2/2018).
Ia mengatakan, di tengah isu relokasi, pedagang Blok G merasakan penurunan pendapatan.
Ia menilai salah satu penyebabnya adalah keberadaan pedagang kaki lima (PKL) bertenda di Jalan Jatibaru Raya.
"Ya pindah kalau lebih baik enggak apa-apa. Asal jangan kayak di kaki lima, kalau ada kaki lima, rugi kami yang (berjualan) di toko," katanya.
Ia berdagang di sebuah kios berukuran 2 x 2 meter. Ia menjajakan berbagai jenis celana, mulai jins hingga celana motif army. Di sisi lain, ia juga tetap harus rutin membayar retribusi Rp 100.000 per bulan.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Sabtu (24/2/2018) pukul 14.00, kondisi Blok G Tanah Abang sepi. Banyak kios terlihat tutupdan tidak berpenghuni.
Sementara beberapa kios lain masih memajang barang dagangannya di lantai dua, seperti pakaian sekolah, olahraga, dan kasual untuk anak-anak hingga dewasa.
Begitu pula di lantai satu yang menyediakan dagangan serupa dan makanan serta kosmetik.
Pemprov DKI Jakarta berencana merobohkan Blok G pada Febuari 2018.
Namun, hingga 24 Febuari ini gedung tersebut masih berdiri. Pedagang Blok G juga akan dipindah ke lahan milik Robby Sumampow.
Menurut rencana, Blok G akan terintegrasi dengan depo LRT dan rusun.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/24/17404401/pedagang-blok-g-katanya-kami-mau-dipindah-tetapi-enggak-ada-kepastian