Di sisi lain, Pemprov DKI tidak mau melakukan pembebasan lahan untuk RPTRA karena membutuhkan waktu lama dan anggaran lebih besar.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman DKI Jakarta Agustino Darmawan mengatakan, jumlah RPTRA di Jakarta dinilai sudah melampaui target.
Pemprov DKI awalnya menargetkan RPTRA ada di 267 kelurahan. Saat ini, sudah ada 290 RPTRA di Jakarta.
Ia menambahkan, ada hal yang lebih penting untuk dibangun dibandingkan RPTRA, yaitu ruang terbuka hijau (RTH).
"Sekarang cari lahan susah, kan, kami enggak mungkin bebasin lahan (untuk RPTRA), lama. Skalanya juga luar biasa, anggaran besar untuk RPTRA," kata Agustino di gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (5/3/2018).
Ia menambahkan, RPTRA tidak bisa disamakan dengan RTH.
Di RTH, hanya 10 persen lahan yang boleh didirikan bangunan. Biasanya untuk jogging track saja.
Karena alasan itu, pembangunan RTH akan diprioritaskan pada 2019.
"Lebih baik mana? Membangun yang rasionya belum tercapai atau membangun yang rasionya sudah tercapai?" tanya Agustino.
Sandiaga ingin RPTRA dilanjutkan
"Mestinya (pembangunan RPTRA) diteruskan ya, kalau diperlukan warga. Kami lihat bagaimana RPTRA, nanti saya lihat, saya cek teknisnya," ujar Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin.
Sandiaga mengatakan, program pembangunan ruang terbuka untuk anak-anak dan perempuan tetap menjadi prioritas Pemprov DKI.
Atas dasar itu, dia mengaku akan mencari cara lain jika Pemprov DKI tak punya anggaran dan lahan untuk membangun RPTRA di Ibu Kota.
"Walaupun sudah habis dari segi lahan mau pun anggaran, kami cari sumber-sumber lain yang bisa kami gunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat," ujarnya.
Dia ingin memastikan pembangunan RPTRA di Jakarta tetap berlanjut. Dia berencana menggandeng pihak swasta kembali membangun RPTRA.
"Saya ingin juga melibatkan swasta, pemilik lahan luas juga, karena ini juga tanggung jawab bersama," ucapnya.
Disenangi warga
Keberadaan RPTRA direspons positif sejumlah warga, salah satunya Ningsih (48) yang ditemui di RPTRA Jaka Teratai, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Ningsih menilai, banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan anak-anak di RPTRA. Ia yang tengah mengantarkan anaknya berkompetisi futsal di RPTRA tersebut menilai, keberadaan RPTRA menyediakan tempat bermain yang aman bagi anak.
Oleh karena itu, Ningsih tidak setuju apabila pemerintah tidak lagi membangun RPTRA pada 2019.
Hal senada disampaikan Tatik (62), warga RW 008. Ia bersama ibu-ibu di wilayahnya datang ke RPTRA Jaka Teratai meski jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka.
"Menurut saya, idealnya harus ada RPTRA di setiap RW. Satu RPTRA satu RW. Biar jaga anak-anaknya dekat," ucap Tatik.
Ia juga berpendapat, semakin banyak RPTRA dan kegiatan positif di dalamnya, anak-anak jadi terhindar dari kegiatan negatif, terutama yang berkaitan dengan penggunaan narkoba di kalangan remaja.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/06/08343781/di-balik-keputusan-dki-menghentikan-pembangunan-rptra