"Pernah dari jauh taksi kencang jalan. Kita yang cewek-cewek teriak 'taksi, taksi!' kayak mau ditabrak. Langsung lari sambil angkatin properti," kata Sylvanny, kepada Kompas.com, Sabtu (16/6/2018).
Sylvanny bersama lima orang temannya kembali melakukan aksi foto 'Jakarta Sepi' untuk kali kedua pada tahun ini. Kali ini, mereka membawa barang-barang dari rumah yang mendukung konsep.
"Konsep kita lebih ngambil kegiatan sehari-hari di rumah," kata dia.
Selama dua kali melakukan foto 'Jakarta Sepi', ia mengatakan belum pernah mendapat teguran dari pengguna jalan. Mereka justru menjadi sorotan publik yang ikut menyaksikan aksi foto mereka.
"Belum pernah sih ada yang protes," kata dia.
Untuk melakukan pemotretan, mereka bersiap sejak pukul 05.30 pagi dengan membawa peralatan rumah seperti penyetrika, pakaian rumah, daster, keranjang dan lainnya. Mereka memotret dan menjadi obyek foto bergantian satu sama lain.
"Ada koordinatornya yang izin kalau akan ada berapa orang yang foto-foto di jalanan," kata Wira.
Wira adalah fotografer dalam tren foto bertema 'Jakarta Sepi'. Dia mengikuti kegiatan ini sejak beberapa tahun lalu bersama teman-teman komunitas.
Kedatangan pengguna jalanan tak menjadi masalah baginya karena bisa langsung menghindar.
"Kalau saya bebas saja. Namanya hunting. Saya enggak sama tim atau bawa model. Jadi, nimbrung sama yang sudah ada saja di jalan," kata dia.
Tren foto 'Jakarta Sepi' sebelumnya dilakukan oleh pecinta fotografi dengan memanfaatkan jalanan sepi di Ibu Kota. Kali ini dilakukan saat libur Lebaran yang mana jalanan sepi tidak seperti hari normal.
Biasanya, mereka mengincar kawasan Sarinah-Bundaran Hotel Indonesia, yang pada hari-hari biasa padat dan ramai kendaraan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/16/21281811/cerita-penggemar-tren-foto-jakarta-sepi-nyaris-tertabrak-mobil