Kompas.com bertanya pada beberapa warga Ibu Kota tentang harapan mereka untuk Jakarta.
Desi (25), karyawan bank swasta di kawasan Kelapa Gading, berharap agar Pemprov DKI dapat mengatasi masalah-masalah utama Ibu Kota, di antaranya kemacetan, banjir, permukiman kumuh, dan angka pengangguran yang masih tinggi.
"Biasanya kalau musim hujan tuh kawasan Sunter dan Kelapa Gading banjir. Apalagi ya, kawasan kumuh juga. Di sekitar rumah saya (Kelapa Gading), masih ada kawasan kumuh," kata Desi kepada Kompas.com, Jumat (22/6/2018).
Namun, dia mengapresiasi pemberian Kartu Jakarta Pintar kepada pelajar yang dinilainya mampu meringankan biaya kebutuhan pelajar.
"Ponakan saya penerima KJP sejak SMP sampai sekarang kelas 11. Itu membantu banget," ucap Desi.
Senada dengan Desi, Stefani (22), karyawan swasta di kawasan Kuningan, berharap masalah kemacetan di Jakarta dapat diatasi.
Dia mengaku selalu terjebak kemacetan setiap sore saat pulang kerja.
"Semoga warga Jakarta bisa mengoptimalisasi angkutan umum. Warga Jakarta juga mau naik angkutan umum karena hal itu bisa mengurangi kemacetan dan juga kriminalitas di Jakarta semakin berkurang" kata Stefani.
Menurut Prasetyo, pembangunan proyek tersebut berimbas kemacetan. Ia berharap proyek segera selesai agar jalan yang dilaluinya setiap hari tak lagi macet.
Warga yang tinggal di Bekasi itu mengaku merasakan langsung dampak kemacetan di kawasan Cawang setiap hari.
"(Harapannya) ya pembangunan jalan yang dari Cawang tuh enggak kelar-kelar, bikin macet. Apalagi ya. Mungkin Bapak Anies bisa bertanding sama Ibu Susi juga, masak Bapak Sandiaga mulu," kata Prasetyo.
Lestarikan Betawi
Terakhir, Abdul (20), berharap kebudayaan Jakarta bisa bersaing dengan kebudayaan modern.
Sebagai warga Betawi asli, Abdul mengaku miris melihat ikon Jakarta, yaitu ondel-ondel, yang saat ini digunakan sebagai alat mengamen di jalanan.
Dia berharap, Pemprov DKI dan warga bekerja sama untuk melestarikan kebudayaan Betawi.
"Pasti sudah tahu lah kalau Ondel-ondel lebih sering dibuat alat ngamen sekarang. Apalagi ya, kayaknya sudah enggak ada kebudayaan Betawi saat pesta pernikahan atau acara-acara pemerintah. Saya berharap ayolah kita melestarikan bersama," kata Abdul.
Selain itu, Abdul menyatakan pendapatnya tentang kehidupan nelayan di pesisir Jakarta.
Ia mengaku sedih melihat nelayan yang kesulitan mendapatkan ikan. Apalagi, kata dia, air laut di pesisir Jakarta hitam.
"Saya tuh kemarin ke pesisir Jakarta. Saya melihat langsung kehidupan di sana. Nelayan harus pergi ke laut sampai 2 hari untuk dapat ikan yang makin sulit. Pas di tengah laut, airnya tuh masih hitam dan mana bisa ikan hidup di sana," ujar Abdul.
Ia berharap, emprov DKI lebih memperhatikan kehidupan nelayan di pesisir karena limbah pabrik yang dibuang ke laut menyebabkan mereka sulit mendapatkan ikan.
"Ya nelayan diberi penyuluhan atau keterampilan mengolah ikan begitu untuk mengangkat kehidupan mereka," kata Abdul.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/22/16164201/sederet-harapan-warga-dki-menyambut-hut-dki-jakarta-ke-491