Bestari mendengar rencana tarif yang akan dikenakan Rp 15.000. Menurut dia, tarif itu terlalu mahal.
"Apa hebatnya naik LRT ini sehingga harus bayar Rp 15.000?" tanya Bestari dalam rapat pembahasan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2018).
Bestari kemudian membandingkan LRT Jakarta dengan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek yang tarifnya murah.
Padahal, gerbong KRL juga menggunakan AC seperti LRT.
"Kenapa enggak kayak (KRL) dari Jakarta-Bogor aja cuma Rp 5.000, AC juga itu gerbongnya," kata dia.
Bestari mengusulkan agar subsidi atau public service obligation (PSO) tarif LRT diperbanyak. Dengan demikian, warga tidak perlu membayar tarif Rp 15.000 sekali perjalanan.
Menurut Bestari, warga akan enggan naik LRT Jakarta apabila tarif yang dikenakan mencapai Rp 15.000.
"Uang banyak, rakyat dibikin susah. Saya kira kalau bisa PSO-nya dibesarkan, rakyat jadi senang," ucap Bestari.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto menyampaikan, usulan tarif LRT Jakarta yakni Rp 15.600.
Sementara itu, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengusulkan tarif Rp 10.800.
Namun, tarif LRT Jakarta nantinya akan ditentukan Pemprov DKI. Meskipun ada usulan tarif hingga Rp 15.600, penumpang tidak akan dikenakan tarif sebesar itu karena akan ada PSO yang diberikan Pemprov DKI.
"Nanti tarif yang ditetapkan lebih rendah dari Rp 15.000, itulah sistem PSO berjalan," kata Dwi dalam kesempatan yang sama.
Adapun Proyek LRT dibangun oleh PT Jakarta Propertindo terbentang sepanjang 5,8 kilometer dari Velodrome hingga Kelapa Gading di Jakarta Utara.
Proyek tersebut awalnya ditargetkan selesai sebelum perhelatan Asian Games 2018 yang digelar 18 Agustus lalu. Namun, LRT Jakarta diprediksi baru bisa beroperasi secara penuh pada Desember 2018.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/18/20215411/bestari-apa-hebatnya-naik-lrt-sehingga-harus-bayar-rp-15000