Salin Artikel

Cerita Mbah Parno, Dapat Rumah Setelah 66 Tahun Mengabdi di Masjid Istiqlal

Bantuan ini tak diberikan buat sembarang orang. Mbah Parno mendapat hadiah utama atas pengabdiannya selama 66 tahun di Masjid Istiqlal.

Kompas.com berbincang dengan Mbah Parno di rumahnya di Gang Mangga, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1/2019). Selama puluhan tahun, Mbah Parno beserta anak dan cucunya menempati bangunan berukuran sekitar 2x5 meter tanpa kamar di gang itu.

"Rumah ini dulunya sewa, lama-lama sama yang punya tanah dibilang enggak usah bayar," ujar Parno, Sabtu.

Rumah itu, kata Mbah Parno, didirikannya sendiri di tanah milik orang. Pemiliknya memang meminta Mbah Parno membangun bedeng di situ untuk menjaga agar lahannya tak lagi jadi tempat pembuangan sampah. Dari rumah mungil inilah sehari-hari Mbah Parno berangkat untuk bekerja di Istiqlal.

Dari Boyolali ke Ibu Kota

Mbah Parno lahir di Boyolali, Jawa Tengah, sekitar tahun 1923, di tanggal yang ia tak tahu persis. Setelah remaja, Mbah Parno merantau ke Purwakarta sebagai kuli untuk truk pasir.

Hingga sekitar tahun 1952, Mbah Parno dan truk pasirnya menuju ke Jakarta melewati bekas Taman Wilhelmina yang berada di timur laut Lapangan Medan Merdeka. Di hamparan tanah luas itu, Mbah Parno melihat proyek.

"Saya nengok 'wah ada proyek nih', saya turun dan coba ikut. Kata mandornya 'silakan, ini proyek besar, butuh orang banyak sekali'," kenang Mbah Parno.

Mbah Parno pun bergabung sebagai kuli di proyek pembangunan masjid terbesar se-Asia Tenggara kala itu. Pekerjaannya melelahkan, namun ia tak merisaukan tempat tinggal sebab ia bisa tidur di proyek.

Sejak pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961, Mbah Parno telah berganti-ganti pekerjaan di Masjid Istiqlal. Mulai dari kuli, pelayan sang arsitek Frederich Silaban, hingga pengantar surat ketika masjid itu jadi.

"Namanya untuk menyambung hidup, apa saja saya lakukan yang penting kerja," kata Mbah Parno.

Mbah Parno menikah tak lama setelah Masjid Istiqlal rampung. Ia kemudian tinggal di Kemayoran dan punya lima anak.

Setiap hari, Mbah Parno jalan kaki dari rumahnya ke Masjid Istiqlal. Jalan kaki itu sudah menjadi kebiasaan dan terus dilakukan hingga saat ini.

"Saya enggak wajib datang, absen, sebenarnya. Sekarang cuma boleh datang seminggu sekali," kata Mbah Parno.

Dua dari lima anak Mbah Parno, Novi dan Ardi, kini bekerja di Istiqlal meneruskan pengabdian sang bapak.

Rumah baru untuk anak

Sri Wahyuni, salah satu anak Mbah Parno, bercerita keluarga tak ada yang menyangka sang ayah akan mendapat hadiah rumah.

Sri Wahyuni pertama kali tahu ketika adiknya Novi yang juga bekerja di Istiqlal diminta membawa sang ayah ke acara Ngobras atau Ngobrol Santai bareng Menteri Agama.

"Dikirimin undangannya, kirain acara biasa, cuma tahu pokoknya Bapak wajib datang diminta sama Menteri Agama," ujar Sri Wahyuni.

Di dalam undangan memang tertera acara "Penyerahan bantuan rumah untuk Mbah Suparno pelayan Frederich Silaban Arsitek Masjid Istiqlal". Namun, Mbah Parno dan anak-anaknya mengira itu Suparno yang lain.

"Ya pas tahu benar dapat rumah senang banget lah," kata Sri Wahyuni.

Namun, Mbah Parno sendiri merasa biasa saja.

"Perasaan biasa saja. Karena saya kerja puluhan tahun memang bukan untuk mencari penghargaan, tapi untuk ibadah," kata dia.

Mbah Parno juga tak akan menempati rumah itu. Ia masih betah tinggal di Kemayoran karena masih ingin mengabdi di Masjid Istiqlal dan merawat mushala di tempat tinggalnya.

"Rumah ini biar dihuni sama anak-anak saya. Saya masih mau dekat dengan Istiqlal," ujarnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/07/10075691/cerita-mbah-parno-dapat-rumah-setelah-66-tahun-mengabdi-di-masjid

Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke