Dia mengatakan, kondisi air kali yang hitam pekat serta menimbulkan bau menyengat berdampak pada air perumahan dan sumur di permukiman warga yang ikut menjadi bau.
"Air di sini sudah jelek, tapi enggak warna hitam kayak di kali. Nah pas dua minggu hampir sebulanan ini air mulai hitam karena air kali penuh sampah," kata Amin kepada Kompas.com, Selasa (8/1/2019).
Amin menambahkan, air sumur juga mulai menghitam pasca-kali tersebut dipenuhi sampah.
Dia hanya menggunakan air sumur dan rumahnya untuk mencuci pakaian. Untuk mandi, dia harus membeli air PAM seharga Rp 6.000 per galon.
"Buat mandi bau, kami pakai air itu dulu terus bilas pakai air PAM yang kami beli. Air sumur cuma buat nyuci saja," ujar Amin.
Muhtasor, warga lainnya mengatakan, sejak dia tinggal di area kali pada 2001, air di sana masih jernih.
Lalu, lambat laun air mulai tercemar dan berwarna hitam serta dipenuhi eceng gondok dan mengeluarkan bau menyengat.
"Dulu (kali) ini penuh eceng gondok, tapi lama-lama air menghitam tercemar jadi bau, air kami juga ikutan bau," tutur Muhtasor.
Dari pantauan di lokasi, sampah rumah tangga seperti plastik, botol, bahkan kasur pun tertata rapi di sana seperti "dataran baru" di atas permukaan kali.
Air kali juga nampak hitam pekat serta mengeluarkan bau tak sedap.
Adapun sejak Sabtu (5/1/2019), sampah sudah dikeruk oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi menggunakan dua alat berat dan puluhan truk.
Sementara sampai hari ini, sudah ada 150 truk yang mengangkut sampah dari kali tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/08/17375541/warga-sekitar-lautan-sampah-di-bekasi-kesulitan-air-bersih