Namun, peningkatan penyebaran DBD lantaran Jakarta Timur berbatasan dengan wilayah Bekasi dan Depok.
Adapun berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta per tanggal 12 Maret 2019, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan penderita DBD tertinggi, yakni 844 kasus dan ada dua yang meninggal.
Anwar mengatakan, wilayah perbatasan ini turut menyumbang jumlah penderita DBD bagi Jakarta Timur.
"Kami tinggal di daerah perbatasan. Depok itu kan berbatasan dengan wilayah timur, Bekasi dengan Cakung, boleh liat grafiknya. Itu yang di perbatasan tinggi grafik DBD-nya. Tentunya ini semua berpengaruh," kata Anwar saat ditemui di Kayu Manis, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (14/3/2019).
Poin kedua menurut Anwar, beberapa penduduk yang ber-KTP Jakarta Timur ada yang sudah tinggal di Depok maupun Bekasi.
Namun saat sakit, data tersebut masuk dalam daerah administrasi Kota Jakarta Timur.
"Orang itu awalnya ber-KTP di Jaktim. Setelah nikah pindah ke Depok. Tapi ketika terjadi (sakit DBD) masih ber-KTP di Jaktim," ucapnya.
Pihaknya saat ini berupaya agar Jakarta Timur bisa menekan angka DBD dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara fogging.
"Sudah saya instruksikan Selasa, Jumat, Minggu lakukan PSN. Itu yang paling efektif. Jangan sampai ketika ada yang positif baru fogging," tutur Anwar.
Meski rutin melakukan fogging, ia tetap meminta warga agar mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan DBD.
"Fogging itu tidak menyelesaikan masalah. Fogging itu dampaknya banyak. Sebaiknya kita antisipatif, sebelum mereka sakit kami bersihkan lingkungan. Lakukan PSN biar masyarakat menyadari pentingnya kebersihan lingkungan," ujar Anwar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/14/20493241/tingginya-penderita-dbd-di-jaktim-dinilai-karena-berbatasan-dengan-depok