Untuk sampai di sekolahnya itu, Karim seorang diri naik KRL commuter line dari Stasiun Kemayoran dan turun di Stasiun Depok Baru.
Karim menimba ilmu di Sekolah Masjid Terminal (Master), sekolah non-formal gratis, khususnya untuk anak-anak jalanan.
Bangun pukul 03.00
Karim tinggal di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat bersama kakek dan neneknya. Sebelum tinggal di Kemayoran, keluarga ini tinggal di daerah Situ Lio, Depok hingga 2016 lalu.
Rumahnya yang jauh dari Depok tak membuat surut semangat Karim pergi sekolah.
Setiap hari Karim bangun pukul 03.00 WIB untuk bersiap-siap. Sebab, ia masuk sekolah pukul 06.30 WIB.
Diana, neneknya Karim mengatakan, cucunya itu menyiapkan segala keperluan sekolahnya sendiri. Bahkan, Karim lah yang setiap hari membangunkan neneknya sebelum ia berangkat ke sekolah.
“Dia yang bangunin saya, Mbak tiap hari kalau mau berangkat, ‘Nek bangun, Nek, aku mau sekolah, aku sudah siap,’ ” kata Diana saat berbincang-bincang dengan Kompas.com beberapa waktu lalu.
Waktu subuh, Karim diantar kakeknya yang berprofesi sebagai tukang ojek menuju Stasiun Kemayoran.
Lalu, bocah laki-laki yang gemar sepak bola ini membeli tiketnya sendiri.
Karim menempuh perjalanan di commuter line kurang lebih 1,5 jam sampai ke Stasiun Depok Baru. Dari stasiun, ia melanjutkan berjalan sejauh 550 meter menuju sekolahnya.
Sebelum Diana menderita sakit pengapuran, Karim diantar dan dijemput olehnya.
Namun, Diana sempat dirawat di rumah sakit sehingga tak memungkinkan untuk mengantar dan jemput cucunya tersebut ke sekolah.
Sejak Diana sakit, Karim mulai berangkat sendiri menuju sekolahnya di Sekolah Master, dekat dengan Terminal Depok.
Meskipun perasaan khawatir menghantui, lanjut Diana, semangat Karim bersekolah membuatnya merasa tenang.
"Karim bilang ke saya, "Sudah tidak apa-apa, Nek, aku berangkat sendiri, aku berani kok. Nenek sembuh aja ya dulu," ujar Diana terharu.
Semangat belajar karena ingin jadi tentara
Semangatnya untuk belajar diakui Karim agar dapat menggapai cita-citanya sebagai tentara.
"Aku ingin menjadi tentara saat sudah besar nanti," ucap Karim bersemangat.
Karim mengaku tidak pernah takut jauh-jauh naik KRL dan berangkat sendirian, tanpa diantar neneknya.
Meski setiap hari berangkat tiap subuh dari rumahnya, Karim juga mengaku tak pernah mengantuk di sekolah. Sebab, menurut Karim, untuk menjadi tentara ia harus belajar yang rajin.
“Kalau jadi tentara tidak boleh malas, kak, makanya aku suka belajar di sekolah dan belajar di rumah,” ucapnya saat ditemui Kompas.com di sekolahnya.
Karim mengatakan, ia ingin mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menjadi anggota tentara karena larinya yang kencang.
“Ingin jadi anggota tentara biar bisa bela negara dan bantu orang banyak,” kata Karim.
Diberikan tempat tinggal dekat sekolah
Cerita tentang Karim yang pergi ke sekolah naik KRL seorang diri dan memakai sandal itu viral di media sosial. Semangatnya untuk sekolah meski harus menempuh perjalanan jauh, berbuah manis. Sejumlah bantuan silih berganti datang untuk Karim dan kakek-neneknya.
Karim mendapat rumah kontrakan di Depok, Jawa Barat yang tidak jauh dari sekolahnya. Hal ini membuat Karim tak harus jauh lagi menempuh perjalanan ke sekolah setiap harinya.
Rumah tersebut dekat Stasiun Depok Baru dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit berjalan kaki untuk sampai ke Sekolah Master.
Selain rumah kontrakan, keluarga Karim mendapatkan bantuan warung untuk sang nenek berjualan.
"Terima kasih Komunitas Indonesia Memberi yang sudah bantu nenek dan Karim, jadi nenek bisa jualan kopi. Semua sudah disiapin, etalase, dagangan semua sudah. Saya cuma bawa baju aja ke sini,” ucap Diana.
Mendapat sepatu sekolah
Tidak hanya mendapatkan tempat tinggal dan warung, Karim juga mendapatkan sepatu dan seragam sekolah dari Komandan Kodim 0508/Depok Letkol Inf Eko Syah Putra Siregar.
Diana mengaku sangat bersyukur karena banyak bantuan yang ia dapatkan sejak cucunya viral.
Sebab, selama ini Karim hanya mamakai sandal ke sekolah. Kendati demikian, menurut Diana, Karim tak pernah mengeluh. Bahkan, untuk bermain bola, ia masih mengenakan sendal.
Kini, impian Diana jadi kenyataan. Karim memiliki sepatu untuk sekolah. Bahkan, ia bisa mengenakan seragam sekolah seperti siswa pada umumnya.
“Karim banyak yang sayang, Neng, saya bersyukur banget bantuan dari mana-mana buat si Karim ya Allah, makasih,” ucap Diana sambil meneteskan air mata.
Setelah mendapat bantuan, Diana berharap sang cucu, Karim, bisa lebih rajin sekolah agar cita-citanya tercapai.
"Ya pokoknya yang penting Karim makin semangat sekolah, makin rajin juga agar cita-citanya jadi tentara bisa tercapai," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/03/14140541/semangat-karim-bersekolah-untuk-jadi-tentara-yang-berbuah-manis