Hal ini berawal saat Dinas Sosial (Dinsos) memaparkan anggaran untuk pemulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di DKI Jakarta pada 2019 yang tidak terserap sekitar 20 persen.
"Aggaran kegiatan Dinas Sosial dengan pemulangan PMKS ke daerah asal sudah berjalan tahun kemarin adalah ke Jabar dan Jateng. Tahun kemarin terrserap Rp 400 juta yang terserap 313 juta," ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Yayat Duhayat saat memaparkan RAPBD Dinsos tahun 2020, di Kantor DPRD DKI Jakarta, Sabtu (7/12/2019).
Menanggapi hal itu, Ketua Komisi E DPRD DKI, Iman Satria pun mempertanyakan anggaran yang tidak terserap tersebut.
"Tidak terserap semua. Kalau begini bapak masih anggarin, nanti akan terserap lagi tidak nih?" ucap Iman.
Yayan menjelaskan, anggaran pemulangan PMKS DKI tahun 2020 itu direncanakan akan menurun. Hal itu lantaran dugaan pemulangan PMKS tahun 2020 ini menurun.
Penurunan pemulangan PMKS itu, lanjut Yayan, lantaran adanya petugas Dinsos yang berjaga di titik rawan adanya PMKS. Pemantauan PMKS oleh anggota Dinsos ini pun dilakukan setiap hari.
"Penurunan PMKS ini imbas dari ada petugas P3S (Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial) yang selalu menghalau titik rawan yang ada di DKI. Mereka bekerja itu dari pagi jam 07.00 sampai jam 11 malam dengan dua sift," tutur Yayat.
Anggota Komisi E ini juga menyarankan agar kegiatan pemulangan PMKS ini digencarkan. Sehingga tidak terjadi lagi PMKS yang masih berada di jalan.
Bahkan membuat kondisi Jakarta semakin kumuh.
Sholikhah, anggota komisi E pun menyoroti pengemis tajir bernama Muklis yang membawa uang ratusan juta rupiah di Jakarta Selatan.
Ia pun meminta penjelasan soal pengemis tersebut ke Dinas Sosial. Tidak hanya Sholikhah, sejumlah anggota Komisi E lainnya pun antusias mendengar penjelasan Dinsos.
"Kasus di Jaksel itu ditemukan pengemis yang mempunyai uang Rp 90 juta lebih. Berapa Pak? Coba pastilah saya pikir ini berkali sudah menjadi orang yang profesional. Itu bagaimana menyikapi dari Dinsos?" ujar Sholikhah.
Hal itu ditanggapi Kepala Dinas Sisial DKI Jakarta, Irmansyah. Ia menegaskan, jika Muhklis sudah terjaring Dinsos selama dua kali. Namun, dua kali pula ia melarikan diri.
Dia mengatakan, Mukilis saat diamankan memang selalu membawa uang tersebut. Pada tahun 2017, Mukhils kedapatan membawa Rp 90 juta.
“Kemudian yang kedua terakhir ini kita temukan dia bawa Rp 194,5 juta. Jadi seperti tidak kelihatan, karena yang bersangkutan pakai celana tiga lapis. Jadi misalnya kalau dapat duit yang tidak bagus dia tukar ke bank, kemudian baru dikumpulkan lagi. Jadi diletakkan dikantongnya, jadi tidak pernah disimpan di mana-mana," ucap Irmansyah.
Irmansyah mengatakan, saat ini pengemis tersebut tengah berada di panti sosial. Sementara, uangnya telah diamankan oleh petugas dan disimpan di brankas.
"Sekarang posisinya ada di panti kami di Kedoya dilakukan pembinaan kepada yang bersangkutan dan uangnya kita amankan ada di situ di simpan di brankas, jadi tidak digunakan," ucapnya.
Irmansyah juga meminta Komisi E untuk mengkampanyekan agar masyarakat tidak memberikan uang kepada pengemis di jalanan.
Sehingga tidak ada lagi pendatang dari daerah ke Jakarta hanya untuk menjadikan pengemis sebagai profesi.
"Karena itu kami menghimbau kepada masyarakat jangan memberi pengemis di jalanan, kami minta Komisi E mengampanyekan hal itu. Nanti semakin banyak lagi orang yang datang ke situ. Daripada di tempatnya mendapat hasil puluhan ribu mending ke Jakarta, tangan begini saja (meminta-minta) dapat banyak. Ini jadi kampanye kita semua pak ketua Komisi E supaya jangan ada yang memberi di perempatan," tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/07/16225091/minta-pemulangan-pmks-di-jakarta-digencarkan-komisi-e-soroti-pengemis