Salin Artikel

Ketika Seorang Ayah "Halu" Lalu Bekap dan Todong Anaknya dengan Pisau

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi mengamankan TS (40), seorang ayah yang tega membekap dan menodong dua putrinya yang masih balita, yakni PA (4) dan BI (3) di pinggir jalan Kelurahan Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara.

Peristiwa itu bermula pada Sabtu (7/12/2019). Saat menjelang malam, TS seolah mendengar bisikan-bisikan yang entah datang dari mana.

Dalam bisikan itu ia mendengar bahwa kakaknya minta tolong karena akan dibunuh oleh seseorang.

Hal itu membuat TS ingin menyelamatkan nyawa kakaknya itu. Tak lama kemudian, terlintas di kepalanya untuk meminta pertolongan malaikat.

Akan tetapi, pertolongan itu tidak ia minta melalui doa layaknya yang dilakukan orang biasanya. Ia seolah mencoba mengancam malaikat dengan menodong anaknya sendiri dengan pisau.

"Karena setahu saya anak saya itu anak malaikat. Saya bisa minta tolong sama malaikat," ujar TS di Mapolres Metro Jakarta Utara, Senin (9/12/2019).

Sekitar pukul 02.00 WIB, Minggu (8/12/2019) dini hari, TS duduk bersila di luar rumahnya sambil membekap dan mengacungkan pisau ke putrinya itu.

Hal itu lantas membuat PA dan BI menjerit ketakutan. Jeritan dua bocah itu terdengar oleh sekuriti sekitar. Mereka mengecek sumber suara dan lantas melihat TS yang sedang menodong dua anaknya.

Sekuriti langsung melaporkan hal tersebut ke kepolisian setempat. Tak lama polisi datang mendatangi lokasi tersebut.

Mulanya, polisi dari unit Babinkamtibmas lah yang coba mendekati TS. Lobi pun terjadi hingga TS melepaskan kedua putrinya itu.

Tapi kejadian malam itu tak berhenti disitu. TS lantas mengancam akan menusuk dirinya sendiri apabila ada yang mendekatinya.

"Dia dirayu sama anggota, mana kartu keluargamu, dia menunjukkan, langsung pisaunya disaut," ujar Kanit Reskrim Polsek Cilincing AKP Soeharto.

Setelah berhasil melucuti TS, polisi lantas mengamankan tersangka dan kedua anaknya itu ke Mapolsek Cilincing untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Dari hasil interogasi, diketahui bahwa TS dulunya hidup berkecukupan dan memiliki sebuah showroom mobil. Namun, suatu ketika usahanya itu merugi dan akhirnya bangkrut.

Jatuh dari zona nyaman membuat TS kehilangan semangat untuk mencari nafkah. Perannya itu lantas digantikan oleh sang istri.

"Istrinya awalnya jual buah, karedok, gado-gado, macam-macam tapi enggak nutup juga," ujar Soeharto

Akhirnya, untuk menghidupi keluarga kecil tersebut, sekitar lima bulan yang lalu istri TS memilih jadi TKI ke negeri China. Ia mempercayakan TS menjaga dua anaknya itu hingga terjadi peristiwa hari Minggu.

Terkait kasus ini, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan bahwa pihaknya akan memeriksakan kejiwaan TS.

"Nanti kami lakukan pemeriksaan ke rumah sakit, dalam hal ini rujukan kami ke RS ke Polri Kramatjati," ujat Budhi.

Pemeriksaan kejiwaan ini dirasa perlu dilakukan karena motif sang ayah ingin membunuh anaknya karena mendengar suatu bisikan.

Untuk zementara saat, polisi menyangkakan TS dengan Undang-Undang Darurat nomor 12 tahun 1951 dan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.

Polisi juga bekerja sama dengan unit P2TP2A DKI Jakarta terkait perawatan dua anak yang jadi korban yakni PA (4) dan BI (3).

"Ia khawatir kalau dikembalikan lagi ke ayahnya akan terjadi hal serupa sementara ibu kandungnya itu belum sampai ataupun masih di China ya, belum sampai ke Indonesia," ujar Budhi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/10/09085421/ketika-seorang-ayah-halu-lalu-bekap-dan-todong-anaknya-dengan-pisau

Terkini Lainnya

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke