Menurut Gembong, peringatan dengan menggunakan toa sudah ketinggalan zaman dan seharusnya tidak lagi digunakan.
"Ya dengarnya agak lucu saja kalau pakai toa di era modern seperti ini. Tapi ya itulah Pak Anies. Saya cukup ketawa saja lah kalau di era modern seperti ini peringatan dini menggunakan toa kan rasanya agak unik di Jakarta loh, di kota metropolitan," ucap Gembong sembari tertawa saat dihubungi, Sabtu (11/1/2020) malam.
Menurut dia, seharusnya alat peringatan datangnya banjir bisa lebih canggih yang mengandalkan teknologi seperti alarm.
Selain itu, Pemprov DKI juga bisa bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mencari cara peringatan lain.
"Kan itu bisa peringatan dini berkolaborasi dengan BMKG sehingga antisipasi kita jauh lebih baik. Kalau antisipasinya prediksi dininya pake to , terus gimana. Entar toanya batreinya habis," selorohnya.
Sebelumnya, Anies memerintahkan pihak kelurahan berkeliling di kelurahannya untuk memberikan peringatan dini terjadinya banjir kepada masyarakat menggunakan pengeras suara dan sirine.
Peringatan dini tersebut diberlakukan setelah Pemprov DKI Jakarta mengevaluasi prosedur peringatan dini yang selama ini diberlakukan.
"Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (8/1/2020).
"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/12/12533841/anies-minta-peringatan-banjir-pakai-toa-fraksi-pdi-p-dengarnya-lucu-di