Salin Artikel

Jangan Buka Pintu bagi Petugas PLN dan PAM Tanpa Identitas!

Saat si nenek hanya berdua dengan pembantunya, sedangkan anaknya sedang berbelanja di minimarket, jadi peluang bagi komplotan beranggotakan lima orang itu (J, M, S, RA, dan I) mencuri uang dari rumah tersebut.

Bermodalkan kamera, salah satu di antara penjahat itu sibuk melakukan pengukuran di meteran listrik rumah nenek tersebut. Dua orang lainnya mengalihkan perhatian dengan mengobrol dengan si nenek dan pembantunya.

Ketika kedua orang itu mulai lengah, salah satu pelaku berinisial J masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamar utama.

Dengan obeng sambung yang sudah ia siapkan, satu per satu lemari si nenek dibongkar.

Ia menemukan uang ringgit setara Rp 10 juta.

Agar tak menimbulkan kecurigaan, mereka tak beraksi lebih jauh. Mereka lalu berpamitan dengan si nenek dengan membawa uang pemberian anak-anaknya itu.

Si nenek yang mengetahui hal tersebut menceritakan kejadian itu kepada anaknya. Sang anak kemudian melaporkan hal tersebut ke ketua RT, lalu diteruskan ke polisi.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto mengatakan, pihaknya sudah menangkap empat dari lima tersangka itu pada Selasa  (4/2/2020) pekan lalu.

Penangkapan berawal dari tertangkapnya otak pencurian berinisial J di sebuah apartemen di kawasan Kemayoran.

"Alhamdulillah kami  bisa ngambil di kamarnya dan dia mengakui semuanya dan menyampaikan beberapa temannya dan hari ini sudah kami tangkap," kata Heru di Kampung Bali, Kamis kemarin.

Dari informasi tersebut, tiga orang tersangka lainnya kemudian berhasil ditemukan dan diringkus polisi. Sementara seorang tersangka berinisial I masih buron.

Sudah 4 tahun beraksi

Setelah diperiksa, ternyata para tersangka ini pemain lama. Heru menyampaikan, sekurang-kurangnya komplotan itu sudah empat tahun beraksi.

"Ada beberapa titik contohnya, di Jakarta Pusat ada dua titik di daerah Kampung Bali dan Jalan Kartini. Kemudian di Jakarta Timur ada tiga titik, kemudian di wilayah Tangerang ada tiga TKP (tempat kejadian perkara), wilayah Selatan ada tiga TKP," kata Heru.

Para tersangka itu terbilang sangat berhati-hati. Dalam menargetkan sebuah rumah, mereka akan melihat apakah rumah itu dilengkapi CCTV sehingga wajah mereka tak terekam.

Selain itu, mereka tidak gegabah mencari berbagai barang di dalam rumah.

"Mereka sedapatnya saja, di dalam lemari dapatnya Rp 8 juta diambil, ada jam tangan diambil jam tangan. Tapi, hitungannya dia hanya menit. Jadi tidak mencari lebih daripada yang ada di situ, dapat, dia keluar," ujar Heru.

Incar rumah yang dihuni lansia

Heru juga menyampaikan, para pelaku biasa beroperasi seperti yang mereka lakukan di Kampung Bali, yakni mengincar rumah-rumah yang dihuni orang lanjut usia (lansia).

"Mereka survei, dia melihat situasi apakah rumah ini ada penghuninya. Yang dicari memang yang ada penghuninya, tetapi usia lanjut. Jadi tidak akan melakukan perlawanan," ujar Heru.

Mereka menargetkan lansia lantaran lebih kecil kemungkinan melakukan perlawanan jika aksi mereka ketahuan.

Namun, untuk berjaga-jaga, mereka juga membawa sejumlah senjata tajam untuk melukai korbannya.

Berdasarkan pengakuan mereka, hingga mereka tertangkap, pisau yang mereka bawa belum pernah melukai sasaran mereka.

Heru menambahkan, modus menyamar sebagai petugas PLN dan PAM adalah modus lama dalam kasus pencurian.

Namun, hingga saat ini, kasus seperti itu masih sering terjadi. Padahal, para tersangka tidak melengkapi diri dengan seragam atau identitas palsu.

"Dan mereka meyakinkan, mentalnya dia untuk menyampaikan itu luar biasa sehingga warga tidak menyadari mereka kawanan yang mengambil benda atau barang berharga di rumah," ujar Heru.

Heru mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap orang-orang tak dikenal yang mendatangi rumah. Terlebih lagi, mereka tidak memiliki seragam, kartu identitas, ataupun surat tugas dari perusahaan yang mengutus mereka.

"Kalau tidak ada surat tugasnya, tidak menggunakan uniform, dan paling tidak mereka sebelumnya melapor dulu ke RT sehingga identitas tercatat dan tidak asal masuk ke rumah-rumah. Kalau tidak kenakan (itu), tidak perlu dibukain pintu," kata Heru.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/09400881/jangan-buka-pintu-bagi-petugas-pln-dan-pam-tanpa-identitas

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke