Salin Artikel

PSBB Transisi Berakhir Hari Ini, Masyarakat Kecewa Berdiam Diri di Rumah Enam Bulan Tanpa Hasil

BEKASI, KOMPAS.com - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi akan berakhir pada Kamis (27/8/2020) hari ini.

Hari ini adalah perpanjangan PSBB ke-10 selama pandemi Covid-19 dengan harapan penularan virus corona tipe-2 berakhir.

Sayangnya, meski sudah 10 kali PSBB diperpanjang, kasus Covid-19 di tak berakhir, malah makin meningkat.

Berdasarkan laman corona.jakarta.go.id, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta bertambah 711 orang hingga Rabu (25/8/2020), sehingga akumulasi pasien positif Covid-19 di Ibu Kota ada 35.642 orang.

Menanggapi hal itu, warga Cempaka Putih bernama Nur (26) mengaku bosan berada di dalam rumah selama enam bulan, terhitung sejak Maret 2020 hingga kini, lantaran kantornya memberlakukan work from home (WFH).

Ia pun mengaku tak pernah keluar rumah jika tak ada keperluan mendesak.

“Bosan, jenuh karena tidak ada hiburan selama WFH. Biasanya kalau kerja di kantor, kalau bosan tinggal ngobrol bareng teman. Tetapi, kalau WFH hanya bisa ngobrol via WhatsApp atau Zoom,” ujar Nur kepada Kompas.com, Kamis.

Nur mengaku kecewa melihat situasi Jakarta saat ini, di mana kasus Covid-19 terus bertambah.

Menurut dia, pemberlakuan WFH tak ada gunanya jika karyawannya masih berkeliaran di luar rumah.

Dia mengatakan, WFH hanya bisa mengurangi mobilitas, tetapi tak berdampak pada masing-masing individu masyarakat jika akhirnya tetap saja ada yang abai menerapkan protokol kesehatan.

“WFH sebenarnya tidak berpengaruh. Karena ya gitu, selama WFH masih bisa keluar. Jadi kena Covid-19-nya tidak di kantor, malah di aktivitas lain,” kata Nur.

“Mau WFH atau tidak ya sama aja, kalau dia tidak kenakan masker bisa saja kena. Ada beberapa kok yang terpapar Covid saat ketemu teman di weekend, padahal dia WFH,” ujar Nur.

Nova (25), warga Kelapa Gading, juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengungkapkan kebosanannya lantaran diam di rumah selama enam bulan. Namun, alangkah kecewanya Nova lantaran upayanya itu tak berdampak mengurangi angka penularan Covid-19 di Jakarta.

Padahal, sudah terlalu banyak hal-hal yang dirindukannya untuk beraktivitas di luar dengan keadaan normal.

Perempuan yang bekerja sebagai guru ini benar-benar merindukan muridnya. Ia rindu mengajar murid-muridnya secara langsung dengan bersentuhan tanpa perlu khawatir tertular Covid-19.

Ia khawatir anak muridnya tak mudah menyerap pelajaran ketika belajar secara virtual.

“Saya rindu ngajar secara langsung, apalagi banyak murid baru yang saya tidak tahu gimana personalnya secara langsung,” kata dia.

Melihat situasi Covid-19 yang makin banyak merebak ke masyarakat membuatnya pesimistis bahwa Jakarta akan beraktivitas normal lebih cepat.

Ia miris melihat banyak anggota masyarakat yang masih abai terhadap Covid-19 semenjak PSBB dilonggarkan.

Padahal, Nova sudah berdiam diri di rumah dengan harapan virus mematikan ini bisa kelar lebih cepat.

Terlebih lagi, tak terbayangkan jika mengingat perjuangan tenaga kesehatan selama ini sulitnya bekerja berjam-jam dengan alat pelindung diri (APD) untuk terhindar dari Covid-19.

Perjuangan tenaga kesehatan seolah dipandang sebelah mata oleh segelintir masyarakat yang masih abai.

“Paling susah numbuhin kesadaran masyarakat kan, jadi sebenarnya kuncinya di masyarakat juga. Kita tidak bisa kerja sendiri,” kata dia.

Sementara itu, Vinto (24), warga Cakung, sempat merasa frustrasi ketika harus berdiam diri di rumah selama enam bulan.

Sebab, ia kerap diejek oleh temannya karena tetap di rumah meski pemerintah telah melonggarkan PSBB.

Namun, ia tetap bersikeras di rumah karena terbukti pemerintah sampai saat ini belum mampu menangani Covid-19 dengan baik.

“Ya intinya lihat saja negara kita, tidak pernah grafik Covid-19-nya melandai, malahan naik terus. Padahal, tesnya sedikit dan masih di bawah standar minimal WHO.”

“Hal dasar yang perlu dilakukan (pelacakan kasus dan tes masif) aja belum maksimal terpenuhi. Saya khawatir kita terjebak dalam waktu lama dengan pandemi ini,” ucap dia.

Oleh karena itu, ia sangat berharap pemerintah lebih proaktif untuk menangani kasus Covid-19.

Untuk kebijakan yang berpeluang menimbulkan penyebaran Covid-19, ia meminta pemerintah menghentikannya.

Ia juga meminta pemerintah untuk menggencarkan tes masif, bahkan hingga ke daerah-daerah terpencil.

Selain itu, ia berharap pemerintah meningkatkan kualitas rumah sakit untuk isolasi sehingga bisa menampung banyak pasien Covid-19. Dengan begitu, ia berharap kasus Covid-19 di Indonesia segera berakhir.

“Kasihan dokter dan rumah sakit, suatu hari pasti akan menemui batas kemampuannya karena pemerintah tidak pernah mengendalikan wabah dengan baik. Kalau dokter dan rumah sakit sudah menemui batas kemampuannya, wabah makin liar,” tutur dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/27/16382901/psbb-transisi-berakhir-hari-ini-masyarakat-kecewa-berdiam-diri-di-rumah

Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke