Rumah Wiwiek yang dulunya terdapat akses jalan yang lumayan luas, kini ditutup. Dampaknya, suasana rumahnya menjadi lembab.
Udara sedikit yang masuk dan sinar matahari tak terlihat.
Pagar rumah yang dulunya terpasang, kini dibongkar lantaran yayasan sekolah swasta membangun dinding besar di sana.
"Awalnya sudah dari dua tahun yang lalu bangunan itu pernah disegel. Tapi mereka kayaknya kesal dengan saya, akhirnya ditutup tuh pintu itu," kata Wiwiek saat diwawancarai TribunJakarta.com, di rumahnya, Rabu (2/9/2020).
Wiwiek sempat menangis karena pihak yayasan membangun dinding tinggi tersebut. Mereka menutup akses pintu keluar rumah keluarga Wiwiek.
"Pagar rumah jadinya saya bongkar karena mereka sudah bangun dinding besar ini," kata Wiwiek.
Ibu dua anak ini merasa kecewa dengan pihak kelurahan dan kecamatan setempat.
Sebab, pihak kelurahan dan kecamatan setempat memberikan surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada yayasan tersebut.
Wiwiek menegaskan, tidak menyetujui pembangunan tersebut. Dia merasa dirugikan karena adanya bangunan itu.
"Padahal kami tidak setuju adanya pembangunan itu. Saya dan anak-anak pun tidak ada yang tanda tangan surat permohonan dari yayasan," tegas Wiwiek.
Wiwiek menjelaskan, ada dua balita yang tinggal di rumahnya. Dengan suasana yang lembab, Wiwiek khawatir pertumbuhan balita itu.
Ditambah, para pekerja bangunan yayasan bekerja hingga malam sehingga menimbulkan suara bising.
"Sampai malam kadang ada suara berisik dari orang proyek yang sedang kerja. Kami jadi merasa risih karena ada dua balita juga di sini," ucap Wiwiek.
"Kok tega banget mereka bisa kayak begitu ke keluarga saya," ucap Wiwiek, matanya tampak mau menangis.
Wiwiek menambahkan, semula dirinya dijanjikan disisakan tanah selebar satu meter. Namun janji itu tidak ditepati pihak yayasan.
"Mereka janjikan saya mau dikasih semeter. Tapi sekarang bisa dilihat, pagar rumah saya saja dibongkar," kata Wiwiek.
"Hanya tiga langkah dari pintu rumah saya untuk ke tembok itu. Sempit sekali," lanjutnya.
Wiwiek mempermasalahkan IMB yang terbit tanpa persetujuannya. Pihak yayasan, kata dia, meminta tanda tangan dari RT setempat dan tiga penandatangan lainnya.
Padahal, kata Wiwik, keluarganya paling terdampak akibat pembangunan itu.
"Mereka cuma bilang ke saya izin mau membangun tembok besar itu. Tapi saya dan keluarga sangat tidak setuju," kata Wiwiek.
"Rumah-rumah yang tanda tangan surat permohonan IMB itu malah jauh dari lokasi pembangunan," tutur Wiwiek.
"Nah, kami ini yang paling berdampak malah diabaikan. Seolah mereka berburu tanda tangan yang setuju saja, itu kan tidak adil," lanjutnya.
Wiwiek juga khawatir jika hujan rumahnya terdampak banjir. Pasalnya, ada perubahan saluran air di sekitar rumahnya.
"Saluran air yang sebelumnya dibuang ke depan, sekarang memanjang ke belakang rumah saya," kata Wiwiek.
"Ini kalau hujan, tentu banjir di sini. Karena saluran airnya sudah dipindah," lanjutnya.
Sementara itu, Lurah Cempaka Baru, Cheriadi, mengatakan, pihaknya telah melakukan proses mediasi antara keluarga Wiwiek dengan pengelola sekolah.
"Pihak ibu Wiwiek mau minta kaji ulang terkait pembangunan itu. Memang benar, infonya telah dapat ijin pembangunan dari PTSP di Pemerintah Kota Jakarta Pusat,” tuturnya, di tempat terpisah. (Muhammad Rizki Hidayat)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Deretan Hal Seputar Akses Jalan Rumah Warga Ditutup Tembok Sekolah di Kemayoran: Kok Tega Banget."
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/03/10274531/keluhan-wiwiek-akses-rumahnya-di-kemayoran-ditutup-tembok-sekolah