Salin Artikel

Depok Minta Tambahan Tenaga Medis untuk Tangani Covid-19

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok melalui dinas kesehatan mengaku telah mengajukan permintaan tambahan tenaga medis ke berbagai organisasi profesi guna menghadapi lonjakan pasien Covid-19 di rumah-rumah sakit rujukan.

"Kami bekerja sama dengan organisasi profesi, meminta bantuan untuk tenaga-tenaga yang bisa dipekerjakan. Dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) kami minta, dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) kami minta," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020).

Permintaan tambahan tenaga medis ini berkaitan dengan semakin penuhnya rumah sakit rujukan Covid-19 di Depok.

Di satu sisi, Ketua Satgas Covid-19 IDI Depok Alif Noeriyanto Rahman mengatakan bahwa pihaknya butuh waktu untuk mendata dokter yang tersedia.

"Memang kita harus siapkan tenaga medis yang sebanyak mungkin ketika itu terjadi (rumah sakit penuh dan butuh menambah tempat tidur)," ujar Alif kepada Kompas.com, pekan lalu.

"Kita harus punya angka riil dokter yang bekerja di Depok ada berapa orang. Ada 3.000 dokter (di data IDI Depok), tapi itu kita tidak bisa tahu, apakah semuanya praktik di sini atau ada yang hanya tinggal di sini tetapi tidak praktik di sini. Harus kita data ulang," jelasnya.

Data hingga kemarin, keterisian 19 rumah sakit rujukan Covid-19 di Depok sudah nyaris mencapai 80 persen.

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala ringan sudah terisi 153 dari 229 tempat tidur (66,81 persen).

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala ringan sudah terisi 147 dari 185 tempat tidur (79,46 persen).

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala berat sudah terisi 24 dari 32 tempat tidur (75 persen).

Lalu, keadaan darurat ditemui pada okupansi ICU khusus Covid-19 yang telah terisi 24 dari kapasitas 25 tempat tidur (96 persen).

Novarita mengatakan, pihaknya juga tengah meminta rumah-rumah sakit di Depok supaya segera menambah kapasitas tempat tidur penanganan pasien Covid-19.

"Enggak semudah itu juga rumah sakit menambah (tempat tidur pasien Covid-19). Menambah tempat tidur saja, jika SDM-nya tidak ada, sulit. Misalnya di RS Universitas Indonesia, ada alat untuk ICU banyak, tapi SDM kurang," ujar dia.

Ia menargetkan, bulan ini, usulan tambahan tenaga medis untuk menghadapi pandemi di Depok bisa rampung bulan ini.

Sementara usulan itu sedang diproses, Depok praktis berharap pada beberapa rumah sakit di wilayah tetangga yakni Bekasi dan Bogor untuk merujuk pasien Covid-19 yang tak dapat ditampung di dalam kota.

"Kemarin kami sudah kirim (pasien Covid-19) ke Cibinong. Kalau mereka ada tempat, kami bisa kirim," kata Novarita.

"Ini masih proses (usulan tambahan tenaga medis). Harus disiapkan, siapa yang SIP (surat izin praktik) dan STR (surat tanda registrasi). Paling tidak, September ini sudah bisa," pungkasnya.

Kota Depok hingga kini masih berstatus zona merah, sekaligus wilayah dengan total laporan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat dan wilayah Bodetabek, berdasarkan laman resmi masing-masing pemerintah kota/kabupaten.

Hingga data diperbarui semalam, Kamis (17/9/2020), total ada 3.107 kasus positif Covid-19 yang sudah dilaporkan Pemerintah Kota Depok. Sebanyak 2.132 di antaranya dinyatakan pulih, sedangkan 110 lainnya meninggal dunia.

Lonjakan pesat kasus aktif Covid-19 di Depok terjadi sejak awal Agustus 2020. Hingga kini, ada 865 pasien positif Covid-19 yang sedang ditangani di Depok, berdasarkan laporan Pemerintah Kota Depok.

Hal ini membuat Kota Depok kini menghadapi isu keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 yang semakin mendekati penuh.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/18/15372481/depok-minta-tambahan-tenaga-medis-untuk-tangani-covid-19

Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke