Salin Artikel

Longsor di Ciganjur, Penyebab yang Tanda Tanya hingga Bikin Warga Tak Tenang

JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa longsornya turap perumahan Melati Residence di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan menyisakan tanda tanya dan ketakutan. Penyebab longsor turap belum terungkap.

Sementara itu, warga dekat turap tak bisa menghabiskan malam dengan tenang meskipun air sudah tak menggenang.

Sore itu, Agus (40) sedang bersantai di depan rumahnya. Ada Hamdani (47), tetangga yang menemaninya mengobrol dengan segelas kopi. Asap rokok mengepul dari mulut Agus sembari sambil meratapi nasib hidup pasca-longsornya turap di seberang rumahnya.

“Masih ada 100 persen kekhawatiran. Saya sangat terganggu tidur. Tidur di rumah juga ga tenang,” kata Agus.

Tanah becek dan sisa puing-puing masih menjadi pemandangan di depan rumahnya. Ia dan keluarganya hanya memikirkan cara melewati setiap malam dengan tenang. Ia sadar Jakarta sudah memasuki musim penghujan.

“Kalau hujan enggak berani di rumah. Kalau hujan, kami di posko pengungsian,” ujar sambil menyeruput segelas kopi susu.

Agus berharap rumah yang menggantung sebagian di dekat turap agar segera dibongkar. Ia takut jika terjadi longsoran susulan yang berasal dari rumah itu.

“Penginnya dibongkar sebagian. Tapi jujurnya lebih bagus dibongkar semua rumahnya,” kata Agus sambil menghisap rokoknya.

Rasa trauma pun dirasakan Hamdani. Ia tak kalah berkeluh kesah tentang keadaannya yang diliputi rasa takut. Sambil berjongkok dan memegang segelas kopi hitam, ia berseloroh mengamini pernyataan Agus.

“Saya sih sama pendapatnya dengan Agus. Secepatnya dibongkar. Enggak tenang kalau hujan. Masih was-was longsoran kedua susulan,” ujar Hamdani saat ditemui di kesempatan yang sama.

Keduanya berkali-kali mengatakan agar rumahnya dibongkar. Raut wajah mereka menunjukkan rasa gelisah. Suaranya kadang meninggi, kadang memelan.

Misteri longsornya turap

Hujan dan angin kencang pada Sabtu (10/10/2020) pukul 17.00 WIB tak disangka berujung bencana. Ketakutan warga akan longsornya turap akhirnya terjadi.

Suara longsoran turap perumahan Melati Residence yang menimpa anak Kali Setu dan rumah warga terdengar bergemuruh pada pukul 18.05 WIB.

Tak sampai lima menit, air anak Kali Setu sudah meluap hingga menyebabkan banjir mencapai 1,5 meter.

Turap akhirnya longsor. Longsorannya menimpa empat rumah warga hingga rusak dan menyebabkan satu orang tewas dan lainnya luka-luka.

Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan, penyebab longsornya turap Melati Residence masih dalam tahap investigasi. Proses investigasi sudah berjalan hampir satu minggu tanpa ada kejelasan sebab yang bisa diketahui.

Meskipun demikian, Camat Jagakarsa, Alamsah mengatakan, penyebab longsornya turap diduga karena kurangnya perhitungan dalam proses pembangunan.

Meski demikian, hal ini masih dipastikan dalam proses investigasi.

“Yang jelas konstruksi kalau dia kuat tidak mungkin roboh. Kami tidak bisa komentari konstruksi karena kami bukan orang konstruksi. Yang jelas kenapa bisa roboh, karena perhitungannya kurang,” kata Alamsah saat ditemui di lokasi longsor, Senin (12/10/2020) malam.

Sejumlah warga menyebutkan, pengembang Melati Residence pun sampai sekarang belum menemui warga-warga yang terdampak banjir.

Kejelasan dari pihak pengembang pun ditunggu warga Jalan Damai 2 selaku korban longsornya turap hingga menyebabkan banjir.

Hasil lengkap investigasi penyebab turap longsor akan diputuskan tim investigasi gabungan dari sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Jakarta.

Salah satu SKPD yang mengawal investigasi adalah Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta.

Hingga saat ini pun, Kepala Suku Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Syukria belum merespon Kompas.com.

Kunci kejelasan kronologi dan penyebab longsornya turap ada di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta.

Sementara itu, Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Juaini Yusuf, mengatakan, berdasarkan identifikasi sementara dari dinasnya, turap yang dibuat pengembang cukup berbahaya dari segi konstruksi.

Menurut Juainu, turap dengan ketinggian sekitar 30 meter jangan memakai batu kali.

"Kalau kami lihat di lokasi ada turap yang dibuat oleh pengembang Melati Residence itu sebenarnya sudah sangat membahayakan. Dari segi konstruksi tidak mendukung, karena dengan turap batu kali setinggi 30 meter lokasinya persis di atas kali," ujar Juainu.

Atas musibah itu, Kali Anak Situ yang berada di bawahnya menjadi tertutup oleh turap yang ambruk milik pengembang.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginvestigasi dugaan pelanggaran ketentuan tata ruang dalam pembangunan rumah di wilayah rawan banjir.

"Tentang bangunan ini sendiri, sekarang dalam proses investigasi, apakah ketentuan-ketentuan tata ruang dilanggar atau tidak," kata Anies saat meninjau lokasi banjir, Minggu (11/10/2020).

Anies menegaskan, pihaknya tak segan menindak para pengembang bangunan yang melanggar ketentuan tata ruang.

Hingga saat ini penyebab resmi longsornya turap masih jadi misteri. Meskipun demikian, ada analisis dari warga yang menyebutkan turap tersebut berbentuk tegak lurus sehingga membahayakan warga sekitar turap.

Kini, terlihat ditutup menggunakan terpal dan diganjal dengan batu.

Di turap tersebut sudah dipasangi kayu dolken oleh petugas Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan dan Jagakarsa.

Panggil pengembang hingga Wali Kota Jaksel

Komisi D DPRD DKI Jakarta berencana memanggil pengembang Perumahan Melati Residence.

Rencananya, Komisi D DPRD DKI Jakarta akan memanggil pengembang pada Senin (19/10/2020).

Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmuda, mengatakan, pihaknya juga akan mengundang Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (CKTRP) dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan, Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan sebagainya.

Pemanggilan tersebut untuk mencari tahu penyebab tragedi longsornya tanggul yang menewaskan warga dari perkampungan di sebelahnya.

"Kami kan prihatin adanya korban jiwa. Pengembang juga harus memiliki kepedulian dong, makanya nanti kami lihat bentuk kepedulian mereka seperti apa dari kejadian ini," ucap Ida Mahmudah berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Pemanggilan tersebut untuk mencari tahu penyebab tragedi longsornya tanggul yang menewaskan warga dari perkampungan Jalan Damai 2 RT 04/RW 02.

Kini, harapan janji hasil investigasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ditunggu publik.

Diantara harapan itu, ada secercah asa dari warga terdampak banjir agar bisa dibantu lantaran banyak perabotan rumah tangganya yanh rusak akibat terjangan banjir.

Jaminan keselamatan untuk menghilangkan ketakutan tinggal pasca-longsor juga diharapkan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/16/07172841/longsor-di-ciganjur-penyebab-yang-tanda-tanya-hingga-bikin-warga-tak

Terkini Lainnya

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke