"Tanpa pengawasan (PSBB) ketat ini, sangat mungkin kasus ini naik lagi dengan segala dampaknya," ujar dia saat dihubungi melalui pesan teks, Minggu (6/12/2020).
Gilbert menjelaskan, dampak kenaikan kasus Covid-19 sudah mulai terasa di berbagai sektor mulai dari Rumah Sakit rujukan Covid-19 yang mulai penuh, sampai dengan lahan pemakaman yang kian sempit.
Begitu juga faktor kesehatan setiap tenaga medis yang berjuang selama 10 bulan merawat ratusan ribu pasien Covid-19 di Jakarta.
Belum lagi dampak ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19 di DKI Jakarta.
"Tidak ada pemulihan ekonomi di negara manapun tanpa dimulai dari penanganan pandemi," kata Gilbert.
Itulah sebabnya, kata Gilbert, PSBB ketat sudah sepatutnya untuk diberlakukan kembali.
Terlebih akan ada libur panjang akhir tahun yang mungkin akan menjadi gelombang baru penularan Covid-19 apabila tidak diberlakukan PSBB ketat.
Dia mengatakan, turunnya kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan juga menjadi indikator bahwa PSBB ketat memang harus dilakukan sebagai pengingat.
"Kita berharap peningkatan kasus ini sefara bisa diturunkan karena bisa menimbulkan ledakan kasus baru yang tidak terkendali," kata dia.
Seperti diketahui data teranyar 6 Desember 2020 kasus Covid-19 di DKI Jakarta sepanjang tahun 2020 menembus angka 142.630 kasus.
Dari jumlah kasus tersebut, terdapat 129.067 pasien dinyatakan sembuh, 10.784 pasien masih dalam perawatan atau isolasi, dan 2.779 pasien dinyatakan meninggal dunia.
Sedangkan untuk data keterpakaian tempat tidur isolasi di DKI Jakarta pada 29 November sudah di angka 79 persen. Dari 6.129 tempat tidur, sudah terisi 4.851 tempat tidur.
Untuk tempat tidur ICU terisi sebanyak 74 persen. Dari 849 tempat tidur, terdapat 630 tempat tidur sudah terisi pasien Covid-19.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/06/16335561/anggota-dprd-tanpa-psbb-ketat-covid-19-di-jakarta-akan-naik-lagi