Semestinya, kata Viani, JPO harus dilengkapi dengan atap agar bisa lebih melindungi penggunanya dari terik atau hujan.
"JPO tanpa atap ini sepertinya hanya mempertimbangkan estetika dan demi memfasilitasi warga yang ingin foto-foto selfie, bukan untuk memenuhi kebutuhan para pejalan kaki dan penumpang Transjakarta yang sehari-hari melintas di situ," kata Viani dalam keterangan tertulis, Rabu (3/2/2021).
Viani menjelaskan, ada ribuan orang yang melalui JPO Sudirman tiap hari, maka sudah sewajarnya JPO tersebut dipasangi atap.
Selain itu, pemasangan atap dinilai penting agar penerangan di tempat JPO bisa lebih maksimal dan menghindari tindak kriminal di tempat JPO.
"Jika situasi JPO tidak terang, saya khawatir nanti akan rawan kriminalitas, terutama bagi perempuan. Itulah mengapa perlu atap di JPO sehingga di situ bisa dipasang lampu yang terang," kata Viani.
Sayangnya dalam video yang dibuat Dinas Bina Marga terkait rancangan JPO dengan tema kapal pinisi tersebut tidak terlihat instalasi lampu dan atap sehingga diperkirakan suasana JPO akan gelap.
Viani juga mengatakan, JPO yang digunakan sebagai anjungan pandang dan galeri akan mengganggu fungsi utama untuk mendukung mobilitas warga.
"Jika Pemprov DKI ingin membuat tempat selfie dan galeri, sebaiknya dibuat di tempat khusus yang lebih luas, nyaman dan aman tanpa harus mengganggu moblitas pejalan kaki," kata Viani.
JPO Sudirman yang akan direvitalisasi mengusung konsep Kapal Pinisi. JPO tersebut dilengkapi dengan Anjungan Pandang Jakarta yang menunjukan perkembangan Ibu Kota.
Selain itu, akan ada galeri apresiasi bagi para tenaga kesehatan yang saat ini berjuang melawan pandemi Covid-19 menjadi gada terakhir.
Fasilitas lainnya yang rencananya akan hadir, yaitu area Central Business District Karet Sudirman antara pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi publik.
JPO Sudirman juga akan dilengkapi CCTV dan sensor beban pada anjungan untuk menjamin keamanan para penggunanya.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, revitalisasi JPO Karet Sudirman akan menggunakan dana koefisien kelebihan lantai bangunan (KLB).
Dia memastikan bahwa pembangunan JPO tersebut tidak menggunakan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta.
Hari memaparkan, JPO tersebut direvitalisasi karena struktur bangunan memang sudah perlu diperbaiki, bukan dikhususkan untuk membuat JPO sebagai apresiasi untuk tenaga kesehatan yang saat ini berjuang melawan Covid-19.
JPO tersebut, lanjut Hari, dibangun justru untuk menunjang promosi mobilitas aktif seperti pesepeda dan pejalan kaki dan mendorong peralihan moda angkutan pribadi ke moda angkutan rendah emisi.
"Ada pun monumen nakes (tenaga kesehatan) itu hanya fungsi tambahan sebagai penghormatan karena dibangun pas momentumnya dengan pandemi, namun bukan tujuan utama," kata Hari.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/04/05200061/kritik-revitalisasi-jpo-sudirman-psi--demi-fasilitasi-warga-yang-ingin