JAKARTA, KOMPAS.com - Bubur bagi masyarakat etnis Tionghoa adalah sesuatu yang tabu disantap saat Tahun Baru Imlek.
Bubur masuk ke dalam salah satu makanan yang tabu untuk dimakan selain buah salak.
Lantas mengapa masyarakat etnis Tionghoa tabu memakan bubur saat Tahun Baru Imlek?
Pengamat dan Peneliti Budaya Tionghoa Indonesia, Agni Malagina mengatakan, masyarakat etnis Tionghoa menganggap bubur sebagai makanan orang miskin atau tidak mampu.
Masyarakat Tionghoa percaya jika memakan bubur pada saat Tahun Baru Imlek, maka keberuntungan akan menjauh sepanjang tahun dan berganti menjadi kesialan.
"Kepercayaannya jangan makan bubur atau menyajikan bubur di rumah pas hari pertama Imlek. Nggak beruntungnya akan sepanjang tahun," kata Agni saat dihubungi.
"Jadi pas tahun baru, jangan makan bubur, tabu kalau memulai hari baru dengan bubur akan membawa ketidakberuntungan semacam itu," imbuh dia.
Oleh karena itu, masyarakat etnis Tionghoa biasa menyajikan makanan-makanan dengan simbol kesejahteraan, keberuntungan, dan perekat harmoni keluarga sepanjang tahun seperti jeruk, ikan, manisan, dan lainnya.
Pengharapan keberuntungan bagi masyarakat etnis Tionghoa muncul dari makanan. Agni menyebutkan, harapan di Tahun Baru Imlek dimulai dari awal tahun hingga setahun ke depan.
"Doa-doa harapan baik yang disimbolkan lewat makanan, aksara-aksara keberuntungan dan tradisi harus ini harus itu. Kalau dilakukan hal-hal tabunya, ya bad luck-nya sepanjang setahun ke depan. Dipercaya gitu," ujar Agni.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/14/21492291/tabunya-makan-bubur-saat-tahun-baru-imlek-dipercaya-bisa-bawa-sial