Salin Artikel

Sejarah Tanah Abang: Terkena Malapetaka Berkali-kali, tapi Tetap Berdiri Tegak

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarah Pasar Tanah Abang adalah sejarah bangkit berkali-kali dari hantaman bala. Meski kerusuhan dan kebakaran menimpa silih berganti, pasar ini tetap mampu bertahan.

Awal mula Pasar Tanah Abang

Catatan Historia.id, pasar ini dibangun pada tahun 1730-an atas permintaan pejabat kaya VOC, Justinus Vinck.

Ia meminta didirikannya dua pasar di atas lahan miliknya. Satu di daerah Weltevreden (sekarang Pasar Senen) dan lainnya di Tanah Abang.

Permintaan ini berdasarkan perkembangan yang terjadi di wilayah selatan Batavia, di mana permukiman baru bertumbuh seiring dibukanya beragam perkebunan.

Ada kebun kacang, kebun jahe, kebun pala, kebun sirih, dan kebun melati di sekitar Tanah Abang. Namun, belum ada pasar di wilayah ini.

Pada 30 Agustus 1732 terbitlah surat izin pendirian pasar dari Gubernur Jenderal Abraham Patras yang menyebutkan hari buka pasar milik Vinck.

“Pasar diselenggarakan hari Senin untuk Pasar Weltevreden, hari Sabtu untuk pasar yang akan dibangun di Bukit Tanah Abang,” tulis Abraham Patras dalam suratnya kepada Vinck, dikutip PD Pasar Jaya dalam Pasar Tanah Abang 250 Tahun.

Pasar Senen ditujukan untuk perdagangan sayur mayur dan keperluan sehari-hari, sedangkan Tanah Abang kebagian jenis tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran.

Huru-hara 

Lima tahun setelah beroperasi, pasar milik Vinck menghadapi bala.

Pasar Tanah Abang diserang Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron von Imhoff karena ada perilaku agresif dari orang-orang Tionghoa yang menjadi pedagang di Tanah Abang.

"Dengan mudah W. von Imhoff membubarkan gerombolan Tionghoa yang bikin gaduh di Tanah Abang,” catat Adolf Heuken dalam Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.

Adolf menambahkan orang-orang Tionghoa lari kocar-kacir menyelamatkan diri. Tembakan meriam merusak sejumlah bangunan Pasar Tanah Abang, yang juga dikenal dengan nama Tenabang.

“Baru lima tahun berdiri Pasar Tenabang terkena bencana, porak-poranda, dan terbakar ludes,” tulis Abdul Chaer dalam Tenabang Tempo Doeloe.

Huru-hara ini melumpuhkan Pasar Tanah Abang hingga 20 tahun.

Setelah hubungan VOC dengan orang-orang Tionghoa membaik, pasar ini kembali beroperasi.

Pasar Tanah Abang terus semarak memasuki 1800-an. Pasar juga ikut buka di hari Rabu.

Kumuh dan jadi sarang gelandangan

Keramaian pasar tak sejalan dengan perbaikan kualitas lingkungan.

Bangunan pasar makin lama kian rapuh dan kusam. Sampah-sampah menumpuk dan membuat semrawut.

“Sampai akhir abad ke-19 bahkan awal abad ke-20 Pasar Tanah Abang belum mempunyai bangunan permanen,” tulis PD Pasar Jaya.

Khawatir pedagang dan pembeli berkurang, pemerintah kolonial akhirnya merombak Pasar Tanah Abang secara besar-besaran pada Agustus 1926.

Bangunan lama nan rapuh berganti bangunan permanen. Lebih nyaman untuk aktivitas para pedagang dan pembeli. Lebih bagus pula untuk promosi nama Pasar Tanah Abang keluar Batavia dan Hindia Belanda.

Namun, kedatangan Jepang pada 1942 mengubah banyak hal di Pasar Tanah Abang.

“Pasar Tanah Abang yang tadinya kesohor tekstilnya, saat itu berubah menjadi los-los dan kios kosong melompong tidak ada tekstil sama sekali bahkan banyak yang tutup dan ditempati gelandangan,” cerita H.M. Hasan, pensiunan kepala pasar dalam Pasar Tanah Abang 250 Tahun.

Pasar Tanah Abang kembali memperoleh cerlangnya setelah sempat masuk tahun-tahun kegelapan selama masa Jepang hingga Revolusi Fisik (1945—1949).

Di bawah pengelolaan Pemerintah DKI Jakarta lewat Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, Pasar Tanah Abang mengalami perombakan secara besar-besaran pada 1973. Pasar Tanah Abang menjadi bangunan bertingkat tiga.

Menjadi rebutan preman

Lama kelamaan, pemerintah mulai kehilangan kendali atas keamanan pasar. Mereka kemudian menyerahkan urusan keamanan pasar kepada para jago.

Jago-jago memperoleh banyak uang atas jasa keamanan, parkir, dan kebersihan dari para pedagang.

Tetapi lama-lama mereka tidak lagi melindungi para pedagang, melainkan memerasnya.

Perputaran uang di Pasar Tanah Abang pada 1990-an mencapai Rp8-10 miliar per hari. Para preman dari berbagai etnis dan wilayah berebut kendali atas Pasar Tanah Abang.

Puncaknya terjadi pada November—Desember 1996. Bentrok antarpreman di Pasar Tanah Abang meminta korban jiwa. Pedagang dan pembeli menghindari kawasan ini beberapa lama.

Usai rusuh antarpreman, pedagang dan pembeli kembali ke Pasar Tanah Abang. Ini terjadi terus menerus.

Kerusuhan Mei 1998 sempat membuat nadi Pasar Tanah Abang berhenti. Tetapi kemudian berdetak kembali.

Kebakaran besar pada 2003 menghentikan aktivitas perdagangan selama beberapa hari. Tetapi setelah kebakaran, sembari menunggu bangunan baru dibangun, pedagang menggelar dagangan di jalanan sekitar pasar. Pembeli tetap berdatangan di tempat seadanya itu.

Tidak ada satu pun bala mampu meruntuhkan Pasar Tanah Abang untuk selama-lamanya. (Historia.id/ Hendaru Tri Hanggoro )

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul "Pasang Surut Pasar Tanah Abang".

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/03/14474181/sejarah-tanah-abang-terkena-malapetaka-berkali-kali-tapi-tetap-berdiri

Terkini Lainnya

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

Megapolitan
Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi 'Online' dan Bayar Utang

Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi "Online" dan Bayar Utang

Megapolitan
Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Megapolitan
Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Megapolitan
Taman Jati Pinggir Petamburan Jadi Tempat Rongsokan hingga Kandang Ayam

Taman Jati Pinggir Petamburan Jadi Tempat Rongsokan hingga Kandang Ayam

Megapolitan
Pengelola Rusun Muara Baru Beri Kelonggaran Bagi Warga yang Tak Mampu Lunasi Tunggakan Biaya Sewa

Pengelola Rusun Muara Baru Beri Kelonggaran Bagi Warga yang Tak Mampu Lunasi Tunggakan Biaya Sewa

Megapolitan
Pemprov DKI Mulai Data 121 Lahan Warga untuk Dibangun Jalan Sejajar Rel Pasar Minggu

Pemprov DKI Mulai Data 121 Lahan Warga untuk Dibangun Jalan Sejajar Rel Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Tangkap Pengedar Narkoba yang Pakai Modus Bungkus Permen di Depok

Polisi Tangkap Pengedar Narkoba yang Pakai Modus Bungkus Permen di Depok

Megapolitan
Heru Budi: Perpindahan Ibu Kota Jakarta Menunggu Perpres

Heru Budi: Perpindahan Ibu Kota Jakarta Menunggu Perpres

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke