Salin Artikel

Fakta Pengungsi Afghanistan di Jakarta, Dilarang Bekerja hingga Luntang-lantung di Pinggir Jalan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengungsi asal Afghanistan menjadi sorotan belakangan usai menggelar aksi demo di depan kantor Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Selasa (24/8/2021).

Para pengungsi tersebut mendesak UNHCR untuk segera menempatkan mereka secara permanen di negara ketiga.

Saat ini ribuan pencari suaka dari berbagai negara, seperti Afghanistan dan Somalia, tinggal untuk sementara di Indonesia, sebelum melanjutkan kehidupan di negara yang menandatangi Konvensi Pengungsi PBB.

Hingga akhir Desember 2020, jumlah pengungsi kumulatif di Indonesia tercatat sebesar 13,745 orang dari 50 negara. Lebih dari setengah populasi tersebut datang dari Afghanistan.

Sebagai negara yang belum menandatangani Konvensi yang dibuat tahun 1951 tersebut, Indonesia tidak bertanggung jawab atas kehidupan para pencari suaka.

Kewenangan untuk menjalankan mandat perlindungan pengungsi ada di tangan UNHCR.

Lantas apa konsekuensi dari situasi tersebut?

Tidak bisa bekerja dan bersekolah

Aturan yang ada melarang para pengungsi untuk bekerja di Indonesia. Oleh karena itu, mereka hanya bisa hidup dari bantuan yang datang dari UNHCR.

Hal ini disampaikan oleh Communication Associate UNHCR Indonesia Dwi Anisa Prafitria, Rabu (25/8/2021).

"Kami memberikan bantuan bulanan ke kelompok tinggal mandiri yang paling rentan secara sosial dan ekonomi, dengan jumlah yang disesuaikan dengan kondisi khusus individu/keluarga penerima dan jumlah orang per keluarga," kata Dwi.

Selain bantuan dari UNHCR, ada juga bantuan dari International Organisation for Migration.

"Sampai saat ini pengungsi belum boleh bekerja," kata Dwi.

Pengungsi anak-anak juga sampai saat ini belum bisa mendapatkan akses terhadap pendidikan formal.

Anak-anak pengungsi usia sekolah hanya mendapatkan pendidikan informal melalui Refugee Learning Center yang merupakan inisiatif para pengungsi dengan dukungan dari UNHCR.

Luntang-lantung di pinggir jalan

Banyak dari pengungsi tersebut tinggal di kamp pengungsian, sebagian lagi mencari rumah sewa sendiri berbekal uang bulanan dari UNHCR.

Namun, tidak sedikit pula dari pengungsi tersebut yang hidup luntang-lantung di jalanan.

Potret ini sempat diabadikan Kompas.com pada 2018 lalu.

Sejumlah terpal dan kardus ditemukan berjejer di depan Rumah Detensi Imigrasi, Kalideres, Jakarta Barat.

Terpal dan kardus tersebut digunakan sebagai alas tidur pencari suaka asal Afghanistan dan Sudan.

Sebagian pengungsi lainnya tampak menggelar tikar di depan kantor UNHCR di Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat.

Terkatung-katung tanpa kepastian

Ketidakpastian hidup yang dialami para pencari suaka tersebut mungkin akan berlangsung lama.

Pasalnya, dalam setahun, kurang dari 1 persen pengungsi di seluruh dunia yang diterima oleh negara ketiga, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

Beberapa tahun belakangan, menurut UNHCR, jumlah kuota untuk penempatan pengungsi di negara penerima menurun secara drastis.

"Sebagai informasi, sekarang ini ada sekitar 20 juta pengungsi di seluruh dunia yang di bawah mandat UNHCR, namun setiap tahunnya kurang dari 1 persen pengungsi di seluruh dunia diterima oleh negara ketiga dan berangkat ke negara tujuan," ujar Dwi.

Namun, ia memastikan bahwa UNHCR akan terus berupaya agar bisa mengirimkan para pengungsi yang terdampar di Indonesia ke negara ketiga.

(Penulis : Ihsanuddin/ Editor : Nursita Sari)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/26/14232931/fakta-pengungsi-afghanistan-di-jakarta-dilarang-bekerja-hingga-luntang

Terkini Lainnya

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke