Salin Artikel

Pencemaran Parasetamol di Teluk Jakarta, Dinkes DKI Sebut Belum Tentu dari Konsumsi Obat

Dia mengatakan, hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta itu.

"Belum tentu ya, apakah itu betul-betul sumber dari mana, kami kan enggak tahu, apakah betul-betul konsumsi masyarakat atau sumber lain," kata Widyastuti di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Widyastuti melanjutkan, meski belum diketahui penyebab pastinya Dinkes DKI Jakarta bergerak untuk melakukan edukasi penggunaan obat di tengah masyarakat. Dia berharap dengan edukasi yang dilakukan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), masyarakat bisa mengontrol penggunaan parasetamol.

"Kami terus koordinasi dengan BPOM untuk memberikan pembekalan kepada para pengguna," ucap dia.

Untuk kepastian sumber pencemaran, Widyastuti mengatakan Dinas Lingkungan Hidup (LH) sedang melakukan investigasi terkait pencemaran tersebut.

"Mungkin (terkait sumber) ke Dinas Lingkungan Hidup," ucap dia.

Sebelumnya, temuan pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta dimuat dalam buletin polusi laut yang diterbitkan Sciencedirect.com dengan judul "Konsentrasi tinggi parasetamol dalam limbah yang mendominasi perairan Teluk Jakarta, Indonesia".

Dalam Buletin Polusi Laut disebutkan kandungan konsentrasi tinggi parasetamol terdeteksi di Angke dengan kadar 610 ng/L dan Ancol 420 ng/L. Disebutkan, temuan zat parasetamol di laut merupakan temuan pertama kali di laut Indonesia yang dihasilkan dalam studi Buletin Polusi Laut.

Peneliti Oseanografi BRIN, Zainal Arifin mengatakan, dua sumber yang dicurigai menjadi muasal kandungan parasetamol adalah limbah industri farmasi dan pemakaian obat itu yang cukup besar.

"Jadi sumber bisa dari industri atau pemakaian (obat parasetamol)," ujar Zainal, pada 1 Oktober 2021.

Zainal mengatakan, parasetamol merupakan obat yang bebas dijual di tengah masyarakat dan tidak memerlukan resep dokter untuk dikonsumsi. Parasetamol yang dikonsumsi, kata Zainal, akan dikeluarkan melalui cairan seni dan kotoran yang diproduksi manusia dan mencemarkan air limbah.

Masih ditemukan kandungan parasetamol

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa masih ditemukan kandungan parasetamol di Teluk Jakarta.

Temuan tersebut, kata dia, merupakan hasil pemeriksaan tim Dinas LH DKI Jakarta dengan sampel yang diambil 2 Oktober 2021.

"(Masih) ada, sekitar 200 nanogram," ujar Asep saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin kemarin.

Asep mengatakan, meski tetap ditemukan kandungan parasetamol, namun kadar kandungan yang ditemukan lebih kecil dibandingkan hasil penelitian BRIN.

"Kami sudah selesai, nilai yang kami peroleh enggak sebesar yang ada atau yang dirilis oleh BRIN," ucap dia.

Menurut Asep, kadar yang sedikit bukan berarti tidak mengganggu ekosistem laut di Teluk Jakarta.

Kerusakan biota laut di Teluk Jakarta akibat kandungan parasetamol masih terus diteliti.

Dia juga mengatakan Dinas LH Jakarta sedang melakukan investigasi terkait penyebab pencemaran limbah parasetamol di Teluk Jakarta.

Kemungkinan besar, ucap Asep, pencemaran disebabkan oleh limbah yang dibuang dengan sengaja oleh industri atau perusahaan.

"Mudah-mudahan kalau hasil investigasinya sudah bisa diselesaikan maka kami akan melakukan penindakan kepada perusahaan terkait," ucap dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/26/18570821/pencemaran-parasetamol-di-teluk-jakarta-dinkes-dki-sebut-belum-tentu-dari

Terkini Lainnya

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke