Hal ini, kata dia, dilakukan dalam rangka mencegah anak-anak terpapar Covid-19 varian Omicron.
"Jadi sebelum terlambat ya lindungi anak-anak. Dengan cara apa? Belajar di rumah dulu," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Menurut Dicky, membiarkan anak untuk tetap mengikuti PTM dengan kapasitas 100 persen terlalu berisiko.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar PTM dihentikan sementara paling tidak sampai awal Maret 2022.
"PTM kembali lagi, karena kalau bicara kelompok Omricron, jelas besar sekali potensi perburukan situasi akan banyak terjadi pada kelompok anak, sebagaimana yang sudah diperlihatkan di banyak negara," ucap dia.
Sebelumnya, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) juga mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, termasuk kepala daerah sekitar kawasan aglomerasi, agar segera menghentikan PTM 100 persen.
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim mengatakan, hal itu dilakukan demi keselamatan dan kesehatan semua warga sekolah.
"Kami memohon agar Pak Anies mengembalikan kepada skema PTM Terbatas 50 persen," kata Satriwan dalam keterangan tertulis, Kamis (27/1/2022).
P2G mengusulkan agar metode belajar blended learning kembali diterapkan untuk saat ini.
"Dengan metode belajar blended learning, sebagian siswa belajar dari rumah, dan sebagian dari sekolah," ujar Satriwan.
"Metode ini cukup efektif mencegah learning loss sekaligus life loss," lanjut dia.
Satriwan menilai, guru dan siswa di DKI Jakarta sudah berpengalaman menggunakan skema PTM 50 persen dengan metode blended learning atau sebagian siswa belajar di rumah, dan sebagian lagi di sekolah.
Terlebih, kata dia, para guru dan siswa, rata-rata sudah memiliki gawai pintar bahkan laptop atau komputer, sinyal internet bagus, relatif tak ada kendala dari aspek infrastruktur digital.
"Tentu dengan catatan, ada pendampingan orangtua dari rumah selama anak PJJ (pembelajaran jarak jauh)," ujar Satriwan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/28/16024541/sarankan-ptm-100-persen-di-jakarta-dihentikan-epidemiolog-lindungi-anak