JAKARTA, KOMPAS.com- Hasil negatif tes Covid-19 tidak lagi menjadi syarat perjalanan naik pesawat selama pelaku perjalanan telah menerima vaksinasi Covid-19 minimal hingga dosis kedua.
Aturan terbaru ini kemudian menimbulkan polemik di masyarakat. Tak sedikit warga yang menolak ataupun menerima aturan baru tersebut,
Auriga Agustina (26) merupakan salah satu warga yang mendukung ditiadakannya syarat tes Covid-19 tersebut.
Menurut dia, beban ekonomi dari calon penumpang pesawat akan berkurang saat mereka tak perlu lagi mengikuti tes antigen ataupun PCR.
"Aku sih sebenarnya setuju ya, karena ini akan meringankan beban biaya bagi penumpang," paparnya melalui pesan singkat, Selasa.
Selain itu, penghapusan tes Covid-19 sebagai syarat perjalanan juga bisa menjadi angin segar untuk industri transportasi.
"Ini bisa menjadi angin segar buat membangkitkan kembali industri transportasi," sebut Riga, sapaan akrabnya.
Di sisi lain, Riga menegaskan bahwa Pemerintah Pusat harus memantau penerapan peraturan baru itu.
Pemerintah harus bisa memastikan bahwa calon penumpang pesawat yang tak memiliki tes Covid-19 sedang dalam keadaan sehat dan sudah divaksinasi Covid-19 dosis dua ataupun tiga (booster).
"Karena kekhawatiran pasti tetap ada, karena kita enggak tau penyebaran Covid-nya dari mana," sambung Riga.
Hal yang sama juga diutarakan oleh May (19). Menimbang faktor ekonomi, dia menyetujui bahwa kewajiban membawa hasil tes Covid-19 dihapuskan.
"Sebenernya sih bagus ya mas ya karena itu membantu perekonomian masyarakat atau penumpang pesawat yang kurang (mampu)," sebutnya saat ditemui di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Selasa.
Akan tetapi, May mengaku merasa khawatir jika harus berada dalam satu pesawat dengan penumpang yang tak memiliki hasil tes Covid-19.
Sebab, vaksinasi Covid-19 dosis dua atau booster tak menjamin calon penumpang pesawat bakal tak terpapar virus Covid-19.
"Nah, adanya PCR atau antigen itu kan satu langkah kita mengetahui apakah memang saat itu orang terpapar atau tidak," sebut May.
"Tapi memang kembali lagi, yang penting protokol kesehatan sih semakin ditingkatkan," imbuhnya.
Sementara itu, warga lainnya Aisa Jihan (23) tak setuju jika penumpang pesawat tak diwajibkan membawa hasil tes antigen atau PCR.
Ia khawatir saat berada di dalam satu pesawat dengan penumpang yang positif Covid-19, maka dirinya akan terpapar.
Usai terpapar, dia harus menjalani karantina kesehatan yang ia anggap merepotkan.
"Khawatirnya tuh gini, orang sekarang memang kena Covid-19, gejalanya biasa aja. Cuma karantina kesehatan kan tetap wajib (bagi yang terpapar Covid-19)," papar Jihan melalui pesan singkat, Selasa.
"Jadi kalau ketularan, sebenarnya enggak apa-apa karena mungkin gejala sudah enggak berat, tapi karantinanya yang merepotkan," sambung dia.
Oleh karena itu, Jihan menegaskan bahwa calon penumpang pesawat tetap perlu diwajibkan membawa hasil tes Covid-19.
Laras Carissa juga merupakan warga yang tak setuju soal penghapusan tes Covid-19 bagi penumpang pesawat.
Menurut dia, tren kasus Covid-19 saat ini masih cenderung tinggi.
Terlebih, varian Omicron yang menyebar luas saat ini lebih mudah menular dibanding varian Covid-19 lainnya.
"Di kondisi kayak gini yang kasusnya lagi naik dan penyebaran Omicron yang memang lebih mudah menular dari pada varian yang sebelum-sebelumnya, kurang tepat kalau dihilangkan sekarang," paparnya melalui pesan singkat, Selasa.
Dengan kondisi itu, menurut Laras, perjalanan pesawat menjadi tidak aman.
"Jadi seram. Mau perjalanan jadi merasa enggak aman," sebut dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/08/18051231/aturan-naik-pesawat-tak-perlu-tes-covid-19-timbulkan-polemik-di-kalangan