Kondisi para pekerja bangunan itu terlihat selama proyek revitalisasi GOR Mampang Prapatan mulai dikerjakan pertama kali pada 5 Juli 2022.
"Tidak pakai (alat pelindung diri). Ini pengebor saja, saya pernah saya bilang untuk pakai masker, karena debunya debu semen," kata Bambang saat ditemui di lokasi, Senin (1/8/2022).
Namun, dia tidak mengetahui pasti soal ketersediaan alat pelindung diri di tengah proyek peremajaan GOR tersebut.
"Saya tidak tahu dari proyeknya alat pelindung diri itu disediakan atau tidak, yang jelas dilihat mereka tidak pernah pakai," kata Bambang.
Bambang mengatakan, ada sekitar 20 orang yang bekerja dalam revitalisasi GOR Mampang Prapatan.
Kedua korban yang tewas tertimpa besi dan tembok roboh di lokasi proyek merupakan orang Bogor, Jawa Barat.
"Kalau total pekerjanya sih banyak, ada sekitar 20 orang, termasuk kedua korban. Itu korban orang Bogor sana," kata Bambang.
Sebelumnya, Camat Mampang Prapatan Ujang Hermawan menjelaskan, kecelakaan itu terjadi pada Minggu sekitar pukul 13.00 WIB.
Belum lama ini, GOR Mampang Prapatan sedang dalam proses peremajaan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga DKI Jakarta.
Ujang mengatakan, kedua pekerja bangunan mengalami kecelakaan kerja saat proses revitalisasi GOR Mampang Prapatan.
Ujang juga sebelumnya berujar, pekerja bangunan itu diduga tak menggunakan alat pelindung diri saat mengerjakan proyek revitalisasi GOR tersebut.
Hal itu terlihat dari tak ditemukan helm pelindung dan alat lainnya saat kedua korban dievakuasi warga.
"Saat (korban) diangkat pakai mobil pikap untuk dibawa ke rumah sakit, dia terlihat tidak pakai peralatan," ujar Ujang.
Sementara itu, Kapolsek Mampang Prapatan Kompol Supriyadi mengatakan, ada tujuh orang yang tengah diperiksa terkait kasus kecelakaan kerja itu.
Satu di antaranya merupakan penanggung jawab proyek revitalisasi GOR Mampang Prapatan.
"Iya kami dalami ke sana (unsur kelalaian), walaupun ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan," kata Supriyadi.
Menurut Supriyadi, kasus tersebut didalami untuk menjadi bahan evaluasi terhadap pengerjaan proyek tersebut.
Sebab, ada dugaan unsur kelalaian yang harus dievaluasi oleh penanggung jawab demi keselamatan para pekerja ke depannya.
"Kami tetap dalami sebagai pembelajaran ke depannya bahwa pekerjaan ini taruhannya nyawa. Perlu ada standarnya," kata Supriyadi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/02/08472871/warga-sebut-para-pekerja-revitalisasi-gor-mampang-tak-pakai-alat