"Iya, ada satu orang yang patut didalami (penyelidikannya)," ujar Mardoto kepada Kompas.com, Senin (16/1/2023).
Mardoto menjelaskan, orang yang dicurigai dan harus ditelusuri lebih lanjut adalah orang yang dengan mudah keluar masuk ke kamar kos Akseyna.
"Orang yang keluar masuk kamar kos Ace (panggilan Akseyna). Saat masih kategori belum Mr X, saat telah ditemukan (jenazah Ace), dan saat sudah teridentifikasi," jelas dia.
Orang yang dimaksud juga kerap menginap di kamar Ace setelah Ace ditemukan meninggal dunia.
Orang itu disebut terindikasi berkomunikasi dengan dosen tertentu pada malam hari, dan mereka memiliki peran akan keberadaan surat wasiat yang ditemukan di kamar kos Akseyna.
Lebih lanjut, Mardoto mengatakan, orang yang dicurigai itu pernah menyebut jaket tertentu yang tidak ada di lemari Akseyna.
"Padahal saya belum ke Jakarta (mengambil barang-barang Ace)," kata Mardoto.
"Yang bersangkutan juga menguasai HP Ace kala on pertama setelah enggak aktif sekitar tanggal kematian Ace," tambah dia.
Adapun Akseyna ditemukan tak bernyawa di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, pada 26 Maret 2015.
Akseyna merupakan mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI. Saat pertama kali ditemukan, korban diduga bunuh diri.
Belakangan, kepolisian yang menyelidiki kematian Akseyna menyatakan bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan.
Kini, setelah Kombes Ahmad Fuady resmi bertugas sebagai Kapolres Metro Depok per 13 Januari 2023, keluarga Ace menaruh harapan besar agar kasus pembunuhan anaknya bisa terungkap.
"Saya berharap Kapolres Depok yang baru mampu membongkar kasus pembunuhan ini," ujar Mardoto.
Ia juga sangat berharap agar Kapolres Depok yang baru dapat melanjutkan kasus ini dengan investigasi yang lebih mendalam.
Mardoto memiliki harapan besar karena dia mendapat informasi bahwa polisi memiliki tim khusus untuk menangani kasus pembunuhan Akseyna.
"Pendekatan scientific benar-benar untuk investigasi kriminal yang sudah lama seperti ini," kata Mardoto.
"Tentu bersama atau kerja sama dengan tim khusus yang kabarnya sudah terbentuk," tambah dia.
Kecurigaan Akseyna dibunuh
Pada awalnya Akseyna diduga bunuh diri karena penyidik menemukan sepucuk surat wasiat tertempel di dinding kamar kos Akseyna.
Surat wasiat itu berisi tulisan tangan dalam bahasa Inggris yang menyiratkan pesan terakhir korban.
Pada surat itu tertulis "Will not return for please don't search for existence, my apologies for everything enternally."
Surat itu kemudian ditelisik oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor). Hasilnya menunjukkan bahwa tulisan itu identik dengan tulisan tangan Akseyna.
Penyidik juga memanggil ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi untuk memberikan keterangan terkait tulisan tangan pada surat itu.
Hasilnya, Deborah menyatakan bahwa tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna. Polisi kemudian berkeyakinan bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan.
Hal lain yang memperkuat dugaan itu ialah hasil visum yang menyimpulkan Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.
Pada paru-paru Akseyna juga terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan apabila korban sudah tidak bisa bernapas.
Selain itu, adanya robekan di bagian tumit sepatu Akseyna memperkuat dugaan bahwa ada upaya korban diseret.
Meski telah yakin bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan, polisi kesulitan mengungkap kasus tersebut.
Polisi menyebutkan, pengungkapan kasus ini cukup sulit karena kondisi tempat kematian korban sudah rusak akibat dimasuki orang yang tidak berkepentingan.
Dengan demikian, kasus kematian Akseynya masih menjadi misteri sampai saat ini.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/16/20304501/ayah-akseyna-ungkap-1-orang-mencurigakan-terkait-kematian-anaknya-minta